MARKET NEWS

Emiten SMCB Jadi yang Pertama, Begini Nasib Saham Tertua di Indonesia Sekarang

Shifa Nurhaliza Putri 27/09/2023 11:00 WIB

Membahas Nasib saham tertua di Indonesia memang berbeda kondisinya dengan pasar modal saat ini

Emiten SMCB Jadi yang Pertama, Begini Nasib Saham Tertua di Indonesia Sekarang. (Foto: Nasib Saham Tertua di Indonesia)

IDXChannel – Membahas Nasib saham tertua di Indonesia memang berbeda kondisinya dengan pasar modal saat ini. Aktivitas di pasar modal Indonesia sebenarnya sudah berlangsung lebih dari satu abad. Bursa efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, sekarang disebut Jakarta oleh pemerintah Hindia Belanda.

Namun karena berbagai permasalahan termasuk perang dunia dan permasalahan nasional, perdagangan saham seringkali terhenti pada beberapa periode. Terakhir, di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, pada tanggal 10 Agustus 1977, Bursa Efek dibuka kembali dan dikelola oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM).

Nasib Saham Tertua di Indonesia

Hampir setengah abad kebangkitan pasar modal ditandai dengan IPO perusahaan pertama, PT Semen Cibinong Tbk dengan kode saham SMCB. Emiten dengan kode saham SMCB merupakan perusahaan publik pertama dan tertua di Indonesia.

Saat itu bursa masih bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ). Saat itu, perdagangan masih kurang intens dibandingkan saat ini, karena bahkan 10 tahun setelah IPO pertama SMCB pada tahun 1987, BEJ hanya memiliki 24 emiten.

Sebagai perusahaan IPO pertama setelah pasar saham pulih, perjalanan SMCB masih panjang. SMCB didirikan pada tanggal 15 Juni 1971, artinya perusahaan tersebut resmi menjadi perusahaan publik ketika usianya baru 6 tahun.

Selama setengah abad keberadaannya, SMCB telah melihat banyak perubahan dalam operasional perusahaan dan perubahan nama.

Dalam IPO tersebut, SMCB telah berhasil melepas 178.750 saham ke publik dengan harga Rp10.000/saham. Artinya perolehan dana melalui IPO hampir Rp1,8 miliar. Ingatlah saat itu tidak ada krisis atau inflasi sehingga tentu saja nilai Rp1,8 miliar hampir setengah abad yang lalu dan saat ini jelas berbeda.

Pasca IPO tahun 1988, Kaiser Cement & Gypsum Corporation dan International Finance Corporation (IFC) menjual 49% saham perseroan kepada PT Tirtamas Majutama (Tirta Mas Group) yang dimiliki oleh Hashim Djojohadikusumo, putra begawan ekonomi Orde Baru Soemitro Djojohadikusumo yang nyatanya merupakan adik dari Prabowo Subianto.

Saat ini, SMCB yang termasuk dalam keluarga perusahaan pelat merah ini sebagian besar memiliki saham-saham yang diperdagangkan tidak likuid. Dengan kapitalisasi pasar Rp14,25 triliun, kepemilikan publik hanya 1,43 persen. PT Semen Indonesia Industri Bangunan (SIIB) kini menguasai 83,52 persen dan Taiheiyo Cement Corporation 15,05 persen.

Selain itu, PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII) merupakan saham tertua di sektor keuangan Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berdasarkan data BEI, saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) merupakan emiten sektor keuangan pertama dalam sejarah pasar modal Indonesia. Pencatatan pertama saham tersebut dikenal dengan nama Panin Bank pada tanggal 29 Desember 1982. (SNP)

SHARE