Euforia Gadis Kretek dan Gurihnya Kinerja Emiten Rokok di 2023
Euforia seri Netflix yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Gadis Kretek, masih membius banyak masyarakat Indonesia.
IDXChannel - Euforia seri Netflix yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Gadis Kretek, masih membius banyak masyarakat Indonesia. Serial Gadis Kretek mulai tayang di Netflix pada 2 November 2023 kemarin.
Serial ini merupakan adaptasi novel yang ditulis oleh sineas Ratih Kumala, dengan judul yang sama. Selain Dian Sastrowardoyo, terdapat beberapa pemain lain dalam serial Gadis Kretek.
Di antaranya yaitu Ario Bayu, Putri Marino, Arya Saloka, Sheila Dara Aisha, Ine Febriyanti, Tissa Biani, Ibnu Jamil, Rukman Rosadi, Tutie Kirana, Dimas Aditya, Winky Wiryawan, Pritt Timothy, Verdi Solaiman, dan Nungki Kusumastuti.
Serial ini menceritakan tentang perjuangan Jeng Yah alias Dasiyah dalam mengembangkan bisnis kretek rokok yang mengambil latar belakang kota Muntilan, Jawa Tengah.
Tak hanya Gadis Kretek yang digemari oleh masyarakat saat ini, industri rokokpun masih menjadi idola masyarakat RI.
Ini karena kinerja industri kretek rokok juga menjadi salah satu penopang perekonomian negeri ini. Ini karena tingginya beban pajak cukai yang memberikan kontribusi pendapatan bagi negara.
Industri Kretek RI dan Kinerja Emitennya
Berbicara bisnis kretek di Indonesia, jenis bisnis ini bisa dibilang menjadi salah satu yang tertua dan terbesar. Mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa perokok.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Persentase perokok pada masyarakat umur di atas 15 tahun di Indonesia jumlahnya mencapai 28,26 persen.
Hasil survei global penggunaan tembakau pada usia dewasa dalam Global Adult Tobacco Survey (GATS) pada 2011 dan diulang pada tahun 2021 menemukan, selama kurun waktu 10 tahun terakhir terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa di Indonesia.
Jumlahnya bertambah sebanyak 8,8 juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok pada tahun 2021.
Sementara kretek sendiri adalah jenis rokok yang terbuat dari tembakau dan cengkih serta dipadukan dengan saus perasa.
Asal usul nama kretek berasal dari suara rokok saat dihisap yang berbunyi ‘kretek’. Rokok ini sudah diproduksi sejak abad ke 19 dan pada saat ini rokok kretek adalah rokok yang paling banyak dihisap di Indonesia
Sebenarnya, terdapat dua jenis rokok kretek yaitu rokok kretek non-filter dan dengan filter. Kretek yang non-filter masih terbagi dari yang tingwe (kependekan dari bahasa Jawa, ngelinting déwé yang berarti melinting sendiri, untuk diartikan sebagai lintingan tangan) tanpa saus tambahan, cerutu, klobot dan lintingan mesin dengan tambahan saus cengkeh.
Sedangkan kretek dengan filter berisi semacam gabus yang berfungsi menyaring nikotin dari pembakaran tembakau dan cengkeh. Di era modern, industri kretek rokok lebih dikenal dengan industri sigaret kretek tangan (SKT).
Kerajaan bisnis rokok di Indonesia tentu sudah tidak asing dengan nama Djarum Group yang dimiliki oleh dua orang yang masuk jajaran daftar taipan terkaya, R. Budi Hartono dan Michael Hartono alias Hartono Bersaudara.
Tak hanya grup Djarum, sejumlah nama perusahaan rokok di Indonesia telah menancapkan bisnisnya bahkan sejak negara ini belum berdiri.
Melansir Stockbit, industri SKT sepanjang tahun ini mengalami tren positif di mana ketiga emiten rokok di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami kenaikan penjualan SKT pada sembilan bulan pertama 2023 (9M2023).
Tiga emiten ini adalah PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM). Sayangnya, grup Djarum belum mencatatkan sahamnya di BEI.
HMSP memiliki merek dagang rokok kretek terkenal seperti Dji Sam Soe dan Sampoerna Kretek. Sementara GGRM merupakan pemilik merek dagang Gudang Garam Merah, Gudang Garam Patra, dan Gudang Garam Djaja, serta Sriwedari. Adapun WIIM memegang merek dagang Wismilak, Galan dan Arja.
Meski demikian, Stockbit mencatat, pada emiten rokok tier satu tersebut, pertumbuhan segmen SKT justru terjadi di tengah penurunan segmen Sigaret Kretek Mesin alias SKM dan Sigaret Putih Mesin (SPM). Kondisi ini dapat mengindikasikan bahwa tren downtrading konsumen rokok masih berlanjut.
Jika mengacu pada industri, volume penjualan rokok selama 9M203 turun 5 persen secara tahunan (yoy) menjadi 219,1 miliar batang.
Kinerja saham WIIM paling moncer sepanjang tahun ini dengan kenaikan mencapai 427 persen per 10 November 2023. Sementara laba bersih WIIM tercatat Rp441 miliar per sembilan bulan pertama 2023 (9M2023). (Lihat grafik di bawah ini)
HMSP mencatatkan kinerja laba bersih paling tinggi mencapai Rp6,2 triliun dan sahamnya naik 17,3 persen YTD. Sementara GGRM mencatatkan laba bersih Rp4,46 triliun pada periode yang sama dengan kinerja saham naik 19,7 persen YTD.
Meski demikian, GGRM mencatatkan beban cukai paling tinggi mencapai Rp55,11 triliun dan HMSP di urutan ke dua dengan beban cukai mencapai Rp48,82 triliun.
(DES)