MARKET NEWS

Gelombang PHK Shopee, Masih Hobi ‘Bakar Uang’ dan Gaji Staf Jumbo

Aldo Fernando - Riset 15/06/2022 18:22 WIB

Di tengah kehebohan pemberitaan soal pemutusan hubungan kerja (PHK) Shopee, sang induk, Sea Limited, masih gencar ‘membakar uang’.

Gelombang PHK Shopee, Masih Hobi ‘Bakar Uang’ dan Gaji Staf Jumbo. (Foto: KrASIA)

IDXChannel – Di tengah kehebohan pemberitaan soal pemutusan hubungan kerja (PHK) Shopee, sang induk, Sea Limited, masih gencar ‘membakar uang’. Ini terlihat dari membengkaknya beban biaya pemasaran sampai beban umum dan administrasi.  

Kabar perusahaan e-commerce Shopee melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terus bergulir di media massa Tanah Air. Maklum, perusahaan asal Singapura tersebut memiliki pasar di Indonesia lewat Shopee Indonesia.

Atas nama penyesuaian di tengah ‘ketidakpastian ekonomi’, Shopee memangkas jumlah karyawan demi  efisiensi operasional perusahaan.

Lewat memo, sebagaimana dilansir The Straits Times, CEO Shopee Chris Feng akhirnya mengonfirmasi kabar PHK karyawannya di segmen layanan ShopeeFood dan ShopeePay pada Selasa lalu (14/6).

Peristiwa ini terjadi setelah Shopee keluar dari pasar Prancis pada Maret lalu untuk mengakhiri tahap awal uji coba di sana. Selain itu, e-commerce ini juga akan mengakhiri tahap awal uji cobanya di Spanyol.

Namun, memo tersebut tidak merinci negara mana saja di Asia Tenggara yang akan terdampak PHK.

Asal tahu saja, e-commerce yang berpusat di Singapura tersebut saat ini telah mengembangkan sayapnya di Thailand, Vietnam, Malaysia, Filipina, hingga Indonesia.

Meski begitu, pihaknya juga mengatakan bahwa bisnis Shopee akan terus beroperasi seperti biasa di Meksiko, Argentina, dan Chili. Adapun layanan ShopeeFood an ShopeePay juga dikabarkan akan tetap berjalan di Asia Tenggara. 

Kabar teranyar, Shopee Indonesia membantah akan ikut melakukan kebijakan induk mereka di Singapura untuk melakukan lay off massal.

"Langkah penyesuaian yang diambil pada segmen dan pasar tertentu, dipastikan tidak melibatkan Shopee Indonesia," tegas Direktur Eksekutif Shopee Indonesia, Handhika Jahja, dalam klarifikasi yang diterima tim IDX Channel, Rabu (15/6/2022).

Lantas, bagaimana soal besaran ‘bakar uang’ Shopee?

Untuk itu, mari melihat detail laporan keuangan Sea Limited—induk Shopee dan perusahaan game Garena—per kuartal I 2022. Sea sendiri melantai di Bursa Saham New York (NYSE) Amerika Serikat (AS).

Pangkas Karyawan saat Kinerja Kalahkan Estimasi

Di tengah kabar yang tak menggembirakan ini, kinerja induk Shopee yang melantai di bursa saham New York (NYSE), Sea Limited, per kuartal I 2022 sebenarnya mengalahkan estimasi penjualan analis.

Total pendapatan kuartal pertama Sea tumbuh 64,4% menjadi USD2,90 miliar atau setara dengan Rp42,04 triliun (asumsi kurs Rp14.500/USD). Melansir Reuters, angka ini melampaui ekspektasi analis sebesar USD2,76 miliar, menurut data Refinitiv IBES.

Sebagai informasi, Sea merupakan perusahaan induk yang memiliki fokus bisnis di digital entertainment, e-commerce, dan jasa keuangan.

Digital entertainment diwakili oleh Garena dengan produk andalannya game Free Fire, e-commerce Shopee, dan jasa keuangan dengan jenama SeaMoney.

Mengutip laporan keuangan kuartal I 2022 Sea, pendapatan segmen digital entertainment, yang pada triwulan I tahun lalu menjadi andalan perusahaan , menjadi kontributor kedua pada periode yang sama tahun ini.

Penyumbang pendapatan terbesar Sea per akhir kuartal I tahun ini  adalah segmen e-commerce.

Secara keseluruhan, ketiga lini bisnis tersebut mengalami pertumbuhan pendapatan secara tahunan (year on year/yoy) per triwulan pertama 2022.

Sumber: Rilis Sea Limited

Pendapatan dari jasa digital entertainment menyumbang USD1,13 miliar, naik 45,3% yoy.

Menurut penjelasan perusahaan, peningkatan pendapatan digital entertainment terjadi terutama karena pengakuan akumulasi pendapatan ditangguhkan dari kuartal sebelumnya.

Kemudian, e-commerce & jasa lainnya sebesar USD1,50 miliar atau melonjak 94,2%.

Melesatnya pendapatan dari e-commerce, kata perusahaan, “terutama didorong oleh meningkatnya adopsi produk dan layanan di seluruh e-commerce perusahaan dan bisnis jasa keuangan digital”.

Pendapatan dari penjualan barang naik 26,1% menjadi USD264,79 juta.

Seiring dengan meningkatnya pendapatan, beban pokok pendapatan Sea juga membengkak, dengan segmen e-commerce & jasa lainnya menjadi yang paling mencolok. Beban pokok dari segmen ini naik 74,4% yoy menjadi USD 1,17 miliar.

Naiknya beban pokok dari segmen e-commerce terjadi, jelas pihak Sea, terutama disebabkan biaya logistik yang lebih tinggi dari adanya pertumbuhan pesanan.

Selain itu, hal tersebut juga disebabkan membengkaknya biaya lain yang didorong oleh pertumbuhan marketplace e-commerce perusahaan.

Kenaikan pendapatan yang melampaui beban pokok membuat laba kotor Sea per 31 Maret 22022 melompat 81,3% yoy menjadi USD1,17 miliar.

Terus ‘Bakar Uang’ demi Gaet Pelanggan

Selain, beban pokok, beban pemasaran dan penjualan, beban umum & administratif serta beban penelitian dan perkembangan (R&D) perusahaan naik signifikan. Beban pemasaran dan penjualan Sea melesat 48,1%, sedangkan beban R&D naik 141,2%.

Masih tingginya beban pemasaran dan penjualan Sea terjadi di tengah perusahaan masih gencar ‘promo’ demi terus menggaet pelanggan baru.

Sebagaimana diungkapkan perusahaan, peningkatan biaya pemasaran segmen digital entertainment terjadi karena biaya pemasaran online dan konten yang lebih besar demi menjaga engagement dengan komunitas games dan berinvestasi dalam pembangunan merek jangka panjang.

Kemudian, peningkatan beban pemasaran pada segmen e-commerce disebabkan membengkaknya insentif pemasaran dan online marketing demi memperluas peluang pasar.

Segmen jasa keuangan Sea juga terus digenjot dengan mempromosikan adopsi layanan dompet mobile perusahaan, terlihat dari meningkatnya beban pemasaran sebesar 21,7% yoy.

Gaji Staf Tinggi sampai Kerugian Kredit

Beban umum dan administrasi Sea meningkat sebesar 59,2% yoy menjadi USD396,1 juta pada kuartal tahun 2022.

Menurut penjelasan Sea, “peningkatan ini terutama karena kerugian kredit dari bisnis layanan keuangan digital kami, fasilitas kantor yang lebih tinggi dan beban terkait, serta biaya staf yang lebih tinggi akibat peningkatan jumlah karyawan untuk mendukung pertumbuhan bisnis”.

Membengkak beban R&D juga terutama disebabkan oleh naiknya biaya staf akibat peningkatan jumlah karyawan, “karena kami [Sea] berinvestasi dalam kemampuan teknologi kami dan memperluas penawaran layanan kami”.

Dari sisi bottom line, rugi bersih Sea melebar menjadi USD580,1 juta dari kuartal I 2021 sebesar USD422,1 juta. Seperti pendapatan, rugi per saham Sea selama 3 bulan pertama hingga 31 Maret 2022 USD1,04, juga lebih rendah tinimbang perkiraan rerata analisis Refinitiv (rugi US$1,23 per saham).

‘Pesawat’ Sea Diterpa Headwinds

Sementara kendati masih merugi, pendapatan Sea masih tumbuh tinggi, perusahaan besutan Forrest Li --yang selama ini mengandalkan Garena—ini harus menghadapi sejumlah hambatan (headwind) makro.

Untuk Shopee, kondisi makro mulai dari kenaikan inflasi dan suku bunga bisa mengurangi konsumsi dan membuat loyo sektor ritel.

Suku bunga tinggi memang tidak ramah perusahaan teknologi.

Saham-saham teknologi dengan valuasi menjulang ke langit sangat rentan terhadap kenaikan suku bunga karena saham tersebut menakar valuasi saat ini dari prospek keuntungan perusahaan di masa depan.

Mengutip Nikkei Asia, Shopee juga gagal menjalankan rencana ekspansi internasionalnya, termasuk nyemplung ke pasar Eropa dan Amerika Latin.

Shopee, yang beroperasi di Polandia dan Spanyol, memutuskan untuk menarik diri dari Prancis setelah hanya lima bulan karena tidak sesuai target perusahaan.

Sementara, dikutip dari Tech in Asia, Selasa (14/06/22), Shoope India berencana akan memberhentikan lebih dari 300 staf. Hingga saat ini, lebih dari 350 karyawan masih bekerja dari jarak jauh.

Dari segmen gaming, menilik data terakhir, jumlah pengguna aktif triwulanan game besutan Garena turun menjadi 615,9 juta per 31 Maret 2022, dari 648,8 juta pada kuartal I 2021.

Hal ini sendiri diakui oleh manajemen dalam press release laporan keuangan yang menyebut, “Garena mengalami hambatan dalam pertumbuhan [pendapatan] pasca-Covid”.

Dari pasar saham negeri Paman Sam AS, harga saham Sea sudah anjlok 68,23% sejak awal tahun ini (ytd) ke USD70,95/saham per penutupan Selasa waktu AS (14/6). (ADF)

SHARE