GOTO Hasilkan Emisi Karbon Lebih Rendah daripada Grab
Jejak emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh dua perusahaan jasa ride-hailing terbesar di Asia Tenggara, yakni Grab dan Gojek, berbeda arah.
IDXChannel - Jejak emisi gas rumah kaca (GRK) yang dihasilkan oleh dua perusahaan jasa ride-hailing terbesar di Asia Tenggara yakni Grab Holdings Inc dan Gojek milik PT Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) menunjukkan tren yang berlawanan sepanjang 2023.
Melansir laporan Eco Business (19/6/2024), Grab mengalami lonjakan emisi GRK imbas permintaan terhadap layanan perusahaan.
Grab yang beroperasi di delapan pasar di Asia Tenggara melaporkan lonjakan emisi dari 2,04 juta ton setara karbon dioksida (tCO2e) pada 2022 menjadi 2,47 juta tCO2e pada 2023.
Sementara GOTO justru melaporkan penurunan emisi GRK dalam operasionalnya. Penurunan ini diklaim hasil dari perbaikan rute dan efisiensi operasional perusahaan.
Lintasan emisi GRK dari dua perusahaan ride-hailing terbesar di Asia Tenggara ini kini mengarah ke arah yang berbeda di tengah komitmen keduanya untuk mencapai target net-zero emisi.
Menurut laporan keberlanjutan terbaru perusahaan, jejak karbon Grab yang berkantor pusat di Singapura meningkat sebesar 21 persen di 2023. Sementara emisi GOTO yang merupakan pemilik aplikasi ride-hailing buatan Indonesia yakni Gojek, turun sebesar 11 persen.
Menariknya, perbedaan kinerja emisi ini terjadi ketika Grab melaporkan pertumbuhan pendapatan pada tahun 2023 sebesar 30 persen, sementara pendapatan GOTO hanya tumbuh sebesar 3 persen.
Artinya, di tengah tuntutan meraih kentungan yang tinggi terdapat konsekuensi lingkungan yang harus dihadapi, di antaranya peningkatan emisi operasional.
Ini juga merupakan tahun kedua berturut-turut peningkatan emisi bagi Grab. Meski tahun lalu, emisi GOTO juga tercatat meningkat.
Emisi langsung Grab yang masuk ke dalam Scope 1 melonjak sebesar 142 persen, sementara emisi Scope 2 dari pengadaan listrik meningkat sebesar 15 persen dan emisi Scope 3 atau emisi rantai nilai penuh yang mencakup lebih dari 95 persen profil emisi perusahaan naik sebesar 20 persen.
Sebagai informasi, melansir Deloitte, Scope 1,2,3 adalah tolok ukur pengukuran emisi berdasarkan kinerja perusahaan atau entitas bisnis.
Scope 1 mencakup emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan secara langsung oleh perusahaan, misalnya operasional mesin pabrik dan kendaraan.
Scope 2 adalah emisi yang dihasilkan secara tidak langsung, misalnya yang dihasilkan listrik atau energi yang dibeli untuk operasional perusahaan dan atas nama perusahaan.
Scope 3 mencakup semua emisi yang terkait, bukan dengan perusahaan itu sendiri, namun yang secara tidak langsung menjadi tanggung jawab organisasi, di seluruh rantai nilainya.
Misalnya dari membeli produk dari pemasokperusahaan. Dari segi jumlah emisi, Scope 3 hampir selalu merupakan sumber emisi yang terbesar dalam operasional perusahaan.
Dalam kasus Grab, intensitas emisi dari layanan mobilitas dan pengiriman perusahaan sebenarnya masing-masing menurun sebesar 2,1 persen dan 8,2 persen.
Di samping itu, Grab juga sempat mengatakan adanya “kesalahan formulasi” dalam penghitungan emisi Scope 3 mengakibatkan total emisi pada 2022 menjadi 64 persen lebih tinggi dibandingkan angka yang dikoreksi pada tahun tersebut.
Di lain pihak, GOTO yang mengoperasikan aplikasi Gojek di lima wilayah Asia Tenggara mencatatkan penurunan jejak emisi dalam operasionalnya dari 976.953 tCO2e pada 2022 menjadi 872.632 tCO2e pada 2023.
Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh peningkatan rute dan efisiensi operasional untuk Tokopedia yang merupakan platform e-commerce andalan GOTO.
GOTO juga mengalami penurunan besar dalam emisi barang dan jasa yang dibeli, sebesar 12 persen dan emisi dari barang modal yang turun sebesar 64 persen.
Penurunan ini berkontribusi signifikan terhadap penurunan emisi berdasarkan aturan dalam Scope 3.
Namun demikian, emisi Scope 2 perusahaan besutan Nadiem Makarim ini melonjak sebesar 27 persen.
Grab dan GOTO diketahui mulai melaporkan keluaran emisi perusahaan sejak 2021 dan telah berupaya mengurangi emisi mereka dengan menggunakankendaraan listrik pada kegiatan operasional.
GOTO juga mengklaim menggunakan lebih banyak energi terbarukan, dan mengoptimalkan rute yang diambil oleh pengemudi mereka.
Dalam mendukung mitigasi perubahan iklim, Grab juga menargetkan net zero emission pada 2040. Namun, target ini dianggap akan sulit dicapai karena target pertumbuhan bisnis yang ambisius di wilayah yang bergantung pada bahan bakar fosil.
Sementara GOTO menetapkan target untuk mencapai “nol emisi” pada 2030 di 2021 lalu. Dalam target ini, langkah dekarbonisasi GOTO telah diakui oleh inisiatif Science Based Targets, sebuah standar global untuk tujuan nol bersih perusahaan.
Perusahaan juga telah membahas tantangan dekarbonisasi, khususnya pengurangan emisi yang termuat dalam Scope 3, yang tidak banyak menjadi fokus perusahaan kebanyakan.
Di sisi lain, imbas kenaikan jumlah emisi, Grab sempat menjadi sasaran kelompok lingkungan hidup di Malaysia pada Maret karena mengenakan biaya kepada pelanggannya untuk mengimbangi jejak iklim dari perjalanan mereka yang didasarkan pada skema kredit karbon.
Informasi tambahan, hari ini saham GOTO ditutup turun 3,85 persen ke level Rp50 per saham alias level gocap pada Rabu (19/6). Saham GOTO terus tertekan sejak awal pekan lalu hingga pada perdagangan pasca libur panjang Idul Adha. (ADF)