Harga Batu Bara Anjlok 3 Persen, Ada Sentimen Apa?
Harga batu bara berjangka (futures) Newcastle anjlok 3,22 persen pada perdagangan Selasa (4/6/2024) di level USD139,8 per ton.
IDXChannel - Harga batu bara berjangka (futures) Newcastle anjlok 3,22 persen pada perdagangan Selasa (4/6/2024) di level USD139,8 per ton.
Ini menjadi penurunan terdalam batu bara sepanjang sepekan terakhir usai naik hingga di kisaran USD144 per ton.
Harga batu bara sempat menguat 1,36 persen di level USD144,9 per ton pada perdagangan Kamis (23/5) pekan lalu.
Harga batu bara Newcastle berjangka juga mencapai harga tertinggi baru-baru ini sebesar USD147 yang dicapai pada 2 Mei 2024. (Lihat grafik di bawah ini.)
Berkurangnya permintaan China dianggap sangat berpengaruh pada pergerakan harga batu bara. Di satu sisi, produksi batu bara China turun ke level terendah sejak Oktober 2022 pada April.
Di sisi lain, permintaan batu bara metalurgi China pada 2024 diproyeksikan mengalami penurunan selama tiga tahun berturut-turut akibat stagnasi di sektor properti dan infrastruktur.
Selain itu, peningkatan signifikan dalam pembangkit listrik tenaga air di negara ini sejak akhir bulan April diperkirakan akan terus berlanjut, sehingga berpotensi menyebabkan permintaan batu bara untuk pembangkit listrik lebih rendah dari perkiraan.
Pasar batu bara mengalami sinyal penurunan harga untuk kuartal kedua tahun ini. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa harga produk premium akan turun di bawah harga terendah yang dicapai pada 2023, menurut S&P Global.
Pada saat yang sama, pelaku pasar memandang rebound harga batu bara yang baru-baru ini terjadi pada pertengahan April hanya bersifat sementara di tengah fluktuasi harga yang masih berlanjut.
Pasokan batu bara premium dari Queensland, Australia diperkirakan akan membaik pada kuartal kedua seiring dengan kembalinya pusat produksi ini dari musim hujan.
Selain itu, perusahaan pertambangan besar diperkirakan akan menutup tahun fiskalnya yang berakhir pada Juni 2024.
Pada Februari, Australia telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam ekspor batu bara kokas, meningkatkan pasokan luar negeri sebesar 15 persen secara bulanan (mtm) dan 58 persen secara tahunan (yoy) menjadi 15,71 juta ton. Hal ini terjadi karena lemahnya permintaan.
Kelebihan pasokan ini diperparah dengan peningkatan tajam pada kargo spot yang ditawarkan oleh produsen batu bara utama Australia.
Dengan latar belakang ini, penurunan harga batu bara kokas semakin meningkat pada akhir kuartal pertama 2024.
Analis S&P Global telah menurunkan perkiraan mereka untuk harga batu bara kokas Australia menjadi USD283 per ton pada 2024, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar USD289 per ton.
Pada Maret, pasar utama China memimpin penurunan harga batu bara yang diangkut melalui laut, dan harga domestik untuk bahan mentah tersebut juga menurun.
Meskipun ada optimisme di pasar berjangka pada pertengahan April, rendahnya permintaan dari pabrik baja kemungkinan akan bertahan karena tidak adanya kebijakan stimulus pemerintah yang signifikan.
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan impor batu bara China pada akhir 2024. Namun, pasar masih berharap harga dalam negeri akan mendapat dukungan pada kuartal kedua tahun ini.
Di India, permintaan batubara kokas di pasar spot terlihat lemah pada kuartal pertama tahun ini.
Pengguna akhir mencari sumber alternatif, dan beberapa di antaranya membeli jenis batu bara kokas metalurgi, karena serangkaian pemotongan harga di pasar China untuk produk ini mempengaruhi penawaran harga internasional.
Pabrik baja India biasanya mengisi kembali stoknya menjelang musim hujan, yang dimulai pada Juni. Namun, dukungan harga musiman tahun ini dianggap moderat, karena musim pemilihan umum (pemilu).
Pemerintah tidak dapat mengumumkan proyek infrastruktur dan konstruksi baru apa pun sampai proses pemilu selesai.
Namun, setelah itu, permintaan batu bara kokas kemungkinan akan meningkat, terutama setelah anggaran negara diumumkan pada Juli.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah meningkatkan alokasi anggaran untuk infrastruktur, dan konsumsi baja serta bahan mentah kemungkinan akan meningkat karena hal ini. Kondisi ini meningkatkan permintaan batu bara untuk kebutuhan pabrik. (ADF)