Harga Batu Bara Dekati USD138 per Ton, Intip Nasib Emitennya
Kontrak berjangka (futures) batu bara Newcastle melanjutkan kenaikan 1,07 persen di level USD137,45 per ton pada perdagangan Selasa (5/3/2024).
IDXChannel - Kontrak berjangka (futures) batu bara Newcastle melanjutkan kenaikan 1,07 persen di level USD137,45 per ton pada perdagangan Selasa (5/3/2024).
Pada sesi sebelumnya, menguat 3,03 persen di level USD136 per ton. Harga batu bara kini berada di posisi level tertinggi sepanjang 2024.
Melansir laman Trading Economics, pada pekan sebelumnya, harga emas hitam menguat 0,76 persen di level USD132 per ton pada Jumat (1/3). Harga batu bara mengalami kenaikan 6,39 persen selama sepekan dan menguat 15,50 persen persen secara bulanan.
Sebelumnya, harga batu bara sempat turun menjadi USD115 per ton beberapa waktu lalu dan di level terendah sejak Mei 2021 karena penurunan permintaan. (Lihat grafik di bawah ini.)
Melansir The Coal Hub, pasar batu bara termal menunjukkan tren bullish selama sepekan terakhir di tengah kenaikan tarif angkutan di pasar internasional dan ekspektasi importir utama dunia untuk datang ke pasar untuk melakukan pengadaan.
Harga batu bara yang dikirim ke Eropa menguat seiring dengan meningkatnya tarif pengangkutan. Namun permintaan batubara terus mengalami penurunan seiring dengan menurunnya konsumsi.
Harga batu bara Afrika Selatan mengalami lonjakan sebesar 1-5 persen untuk berbagai jenis batu bara karena mendapat dukungan dari kenaikan tarif angkutan. Selama minggu ini, permintaan India untuk batu bara juga dilaporkan melambat.
Data terakhir menunjukkan bahwa impor batu bara termal melalui laut di Asia di laporkan menjadi 77,65 juta metrik ton pada bulan Januari, turun 5 persen dari rekor tertinggi pada bulan Desember.
Meskipun terjadi penurunan impor China dari bulan sebelumnya, impor tersebut masih 34 persen lebih tinggi dibandingkan bulan Januari 2023.
Hal ini dipicu oleh peningkatan permintaan pembangkit listrik tenaga panas karena penurunan produksi pembangkit listrik tenaga air dan keunggulan biaya dibandingkan batu bara dalam negeri.
India juga mengalami penurunan impor selama tiga bulan berturut-turut namun mengalami kenaikan sebesar 27,2 persen dibandingkan Januari 2023. Sementara itu, Jepang dan Korea Selatan menunjukkan permintaan yang kuat terhadap batu bara termal.
Ke depan, India diperkirakan akan mengalami penurunan impor batu bara termal untuk pertama kalinya sejak pandemi ini, didorong oleh peningkatan produksi dalam negeri dan tingginya persediaan. Perkiraan menunjukkan penurunan impor India akan terjadi sebesar 3-6 persen.
Emiten Batu Bara RI Berjuang
Melansir Stockbit Sekuritas, tahun 2023 menjadi tahun yang cukup menantang bagi emiten produsen batu bara seiring normalisasi harga batu bara, setelah sempat melonjak pada 2022 akibat konflik Rusia–Ukraina. Hal ini terefleksi dalam laporan keuangan 2023, di mana emiten batu bara kompak mengalami penurunan laba bersih.
Sejumlah emiten ini di antaranya PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) hingga PT Bayan Resources Tbk (BYAN).
Laba bersih ADRO, ITMG, hingga PTBA masing-masing terkontraksi 34 persen, 58 persen dan 51 persen secara year on year (yoy) pada 2023.
Laba bersih ADRO tercatat USD1,6 miliar, sementara laba ITMG sebesar USD0,6 miliar. Adapun laba PTBA tercatat Rp6,1 triliun.
Saham ADRO dan PTBA pagi ini bergerak sideways setelah pada penutupan sebelumnya menguat 3,54 persen dan 1,86 persen. Sementara saham BUMI naik 2,25 persen. Saham BYAN dan HRUM masing-masing justru turun 0,77 persen dan 1,61 persen.
“Melandainya harga batu bara selama 2023 berimbas pada penurunan rata-rata harga jual (average selling price) yang dirasakan oleh produsen batu bara. Namun, pertumbuhan volume produksi dan penjualan yang dialami oleh sejumlah emiten mampu untuk menahan pendapatan pada 2023 dari penurunan yang lebih dalam,”tulis laporan Stockbit, Selasa (5/3).
Di sisi lain, pemulihan kinerja mulai terlihat pada 4Q23, ditandai dengan pertumbuhan secara top line maupun bottom line yang dialami oleh mayoritas emiten.
Secara industri, produksi batu bara diproyeksikan kembali meningkat pada 2024, dengan pemerintah memasang target volume produksi sebesar 710 juta ton (vs. target 2023: 695 juta ton).
Peningkatan volume produksi, ditambah dengan mulai stabilnya harga, membuat emiten batu bara berpeluang untuk mencetak kinerja solid pada 2024.
Berikut rincian perbandingan target produksi batu bara pada 2024 dan realisasinya pada 2023 dari sejumlah emiten:
- ADRO: 65-67 juta ton (vs. realisasi 2023: 65,9 juta ton)
- ITMG: 19,5–20,2 juta ton (vs. realisasi 2023: 16,9 juta ton)
- BUMI: 80 juta ton (vs. target 2023: 78–80 juta ton)
- HRUM: 6 juta ton (vs. target 2023: 5,5–6 juta ton)
- BYAN: 55–57 juta ton (vs. realisasi 2023: 49,7 juta ton)
(ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.