Harga Batu Bara Naik Nyaris 4 Persen, Bagaimana Tren ke Depan?
Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) mengalami kenaikan 3,75 persen untuk kontrak Agustus 2023 di level USD141,10 per ton pada Senin (7/8).
IDXChannel - Harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) mengalami kenaikan 3,75 persen untuk kontrak Agustus 2023 di level USD141,10 per ton pada perdagangan Senin (7/8/2023).
Pada pekan sebelumnya, kontrak berjangka batu bara ICE Newcastle diperdagangkan mendekati level terendah dalam 2 tahun di level USD130 per ton. (Lihat tabel di bawah ini.)
Secara tahunan, harga batu bara masih mengalami kontraksi sebesar 61,97 persen.
Penurunan harga batu bara ini didorong oleh kekhawatiran kelebihan pasokan dari India dan Indonesia, meskipun permintaan dari China meningkat.
Pada Juni, produksi batu bara harian China meningkat menjadi rata-rata 13 juta metrik ton, naik dari level terendah dalam enam bulan sebesar 12,43 juta metrik ton pada Mei karena gelombang panas meningkatkan konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik.
Permintaan listrik puncak musim panas China biasanya dimulai pada akhir Juni dan berlangsung selama dua bulan.
Dengan gelombang panas yang sedang berlangsung dan kebutuhan energi yang tetap tinggi, konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik diantisipasi akan tetap tinggi selama bulan-bulan musim panas.
Akankah Tren Naik Berlanjut?
Menurut analisis Badan Energi Internasional (IEA) Juli 2023, Setelah 18 bulan terombang-ambing di harga dan volatilitas yang cukup tinggi, harga batu bara termal kembali ke tingkat yang lebih normal.
Sementara batu bara termal FOB Newcastle berkalori tinggi (6.000 kkal/kg) mulai kembali mengalami lonjakan harga, harga batubara termal bermutu rendah produksi Indonesia tetap relatif stabil. Harga batu bara acuan (HBA) Indonesia untuk Juli 2023 masih diperdagangkan di level USD191,6 per ton
Sementara harga batu bara termal bermutu tinggi saat ini juga lebih mahal dibandingkan dengan komoditas energi lain.
Harga batu bara termal bermutu tinggi masih di kisaran USD140 an per ton, lebih tinggi dari harga Minyak Mentah Brent dan WTI yang masih berada dikisaran di bawah USD100 per barel.
Menurut laporan Coal Market Update yang dirilis IEA pada Kamis (27/7/2023), konsumsi batu bara global di 2022 naik 3,3 persen menjadi 8,3 miliar ton.
Catatan IEA juga menunjukkan pertumbuhan permintaan yang kuat terjadi di Asia yang melampaui permintaan dii Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Namun, permintaan di China dan India tumbuh lebih dari 5 persen. Kenaikan di dua negara tersebut mengimbangi penurunan di tempat lain.
China dan India adalah konsumen batu bara terbesar di dunia. Beijing menggenjot konsumsi batu bara tahun lalu ntuk mengamankan pasokan listrik di tengah kekeringan parah.
Melansir laporan IEA, China, India, dan negara-negara Asia Tenggara secara bersama-sama diharapkan menyumbang 3 dari setiap 4 ton batbara yang dikonsumsi di seluruh dunia sepanjang 2023.
Berdasarkan wilayah, permintaan batu bara turun lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya pada paruh pertama tahun ini.
Di AS dan Uni Eropa, masing-masing mengalami penurunan permintaan sebesar 24 persen dan 16 persen.
Di Uni Eropa, pertumbuhan permintaan batu bara sedikit melonjak pada 2022 karena permintaan sementara dari pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.
Penggunaan batu bara Eropa diperkirakan akan turun tajam tahun ini karena energi terbarukan yang terus berkembang, dan pulihnya kinerja tenaga nuklir dan tenaga air di Benua Biru.
Di AS, melemahnya permintaan batu bara didukung oleh faktor harga harga gas alam yang sudah lebih murah.
Dari sisi pasokan, Indonesia meningkatkan produksi batubara menjadi sekitar 641 Mt pada 2022, naik 12 persen dari tahun sebelumnya.
Indonesia menjadi pemasok andalan di saat yang lain idak berhasil meningkatkan produksi karena kondisi pasar yang masih ketat dan harga batu bara yang melonjak.
IEA juga memproyeksikan, pada 2023 dan 2024, penurunan aktivitas pembangkit listrik tenaga batu bara kemungkinan besar akan diimbangi oleh peningkatan penggunaan batu bara oleh industri. (ADF)