Harga CPO Lanjut Rebound, Ditopang Minyak Mentah dan Kedelai
Harga minyak sawit mentah (CPO) naik pada Kamis (18/12/2025), melanjutkan penguatan untuk hari kedua berturut-turut seiring aksi beli murah.
IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) naik pada Kamis (18/12/2025), melanjutkan penguatan untuk hari kedua berturut-turut seiring aksi beli murah setelah harga sempat turun ke level terendah dalam 5,5 bulan pada awal pekan ini.
Menurut data pasar, pukul 15.28 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives menguat 0,30 persen ke 3.977 ringgit Malaysia per ton.
Menurut trader Iceberg X yang berbasis di Kuala Lumpur, David Ng, dikutip Dow Jones Newswires, harga CPO menguat pada perdagangan Asia, mengikuti kenaikan minyak kedelai di Chicago Board of Trade pada perdagangan semalam.
David menambahkan, harga minyak mentah yang lebih tinggi turut menopang sentimen minyak sawit mentah karena meningkatkan daya tariknya sebagai alternatif bahan bakar nabati.
Namun, ia menilai tren kenaikan ini kemungkinan tidak bertahan lama, mengingat kekhawatiran terhadap tingginya stok masih berlanjut di tengah lemahnya permintaan.
David Ng melihat level support CPO berada di 3.950 ringgit Malaysia per ton, dengan resistance di 4.080 ringgit per ton.
Harga juga terdorong oleh melemahnya ringgit serta menguatnya minyak kedelai Chicago, yang meningkatkan daya saing relatif minyak sawit.
Sinyal permintaan turut memperkuat sentimen positif, setelah impor minyak sawit India sebagai pembeli terbesar dunia pada November naik sekitar 5 persen dibandingkan Oktober, seiring harga yang dinilai menarik.
Meski demikian, kontrak tersebut masih turun sekitar 1,12 persen secara mingguan, mencatat penurunan untuk pekan kedua berturut-turut, di tengah kekhawatiran terhadap permintaan ekspor.
Lembaga survei kargo memperkirakan pengiriman minyak sawit Malaysia pada periode 1-15 Desember turun antara 15,9 persen hingga 16,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Sementara itu, Malaysia menurunkan harga referensi minyak sawit mentah untuk Januari 2026, sehingga bea keluar diturunkan menjadi 9,5 persen, menurut surat edaran di situs Malaysian Palm Oil Board (MPOB).
Kebijakan ini diperkirakan dapat membantu menopang ekspor dalam beberapa bulan mendatang. (Aldo Fernando)