Harga CPO Melesat, Saham Prajogo hingga Lo Kheng Hong Berpesta
Saham emiten produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO) kompak melonjak hingga penutupan sesi I Senin (25/9/2023) seiring harga komoditasnya yang juga menguat.
IDXChannel – Saham emiten produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO) kompak melonjak hingga penutupan sesi I Senin (25/9/2023) seiring harga komoditasnya yang juga menguat.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham GZCO melesat 21,28 persen ke Rp114 per saham.
Nilai transaksi tercatat mencapai Rp21,54 miliar. Sedangkan, volume mencapai 201,97 juta saham, di atas rerata 100 hari (14,59 juta saham).
Dengan ini, dalam sepekan saham GZCO mendaki 25,27 persen dan dalam sebulan meningkat 28,09 persen.
Secara teknikal, saham GZCO menembus (breakout) area resistance horizontal di 103 dan 107. Kini, GZCO berpotensi menjajal resistance selanjutnya di level 120, dengan level support di 105.
Informasi saja, per 31 Agustus 2023, Prajogo Pangestu memiliki 7,84 persen saham GZCO. Sementara, PT Golden Zaga Indonesia, selaku pengendali perusahaan, menguasai 28,37 persen.
Presiden Komisaris GZCO Tjandra Mindharta Gozali, yang juga pengendali perusahaan, menggenggam 26,37 persen saham.
Selain itu, Nyamdorj Chuluunbaatar dan Jamal Rosyidin Hakki mempunyai 9,85 persen dan 0,31 persen.
Prajogo sendiri dikenal memiliki emiten holding energi PT Barito Pacific Tbk (BRPT), emiten petrokimia PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), dan emiten batu bara PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN).
Anak usaha BRPT, perusahaan panas bumi PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), sedang dalam proses penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di bursa Tanah Air. BREN dijadwalkan akan melantai pada 6 Oktober 2023.
Di bawah GZCO, saham PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) melesat 6,37 persen ke Rp835 per saham.
Melansir laporan tahunan perusahaan pada 2022, investor kawakan Lo Kheng Hong tercatat menggenggam saham ANJT sebesar 0,15 persen atau 5.110.000 saham.
Lo Kheng Hong sendiri mengaku kepemilikannya di ANJT sudah melebihi data di atas. “Saham saya sudah jauh meningkat dari itu,” demikian kata pria yang kerap disebut Warren Buffett Indonesia tersebut kepada IDXChannel beberapa waktu lalu.
Hanya saja, Tim Riset IDXChannel belum berhasil menemukan detail data teranyar kepemilikan Lo Kheng Hong di ANJT.
Saham milik taipan TP Rachmat PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) dan PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) juga kompak naik 6,09 persen dan 4,13 persen.
Kemudian, saham Grup Salim LSIP dan SIMP secara berturut-turut menguat 5,53 persen dan 5,03 persen.
Saham emiten milik Peter Sondakh BWPT dan Haji Isam JARR juga tak mau kalah, masing-masing terapresiasi 5,08 persen dan 5,06 persen.
Saham SSMS, TBLA, dan Grup Astra AALI juga secara berurutan mendaki 4,56 persen, 4,09 persen, dan 3,64 persen.
Tidak ketinggalan, saham CSRA, emiten Grup Bakrie UNSP, JAWA, dan NSSS bergerak naik 3,24 persen, 1,75 persen, 1,45 persen, dan 0,51 persen.
Saham Grup Sampoerna SGRO dan Grup Sinar Mas SMAR juga meningkat 0,49 persen dan 0,23 persen.
Harga CPO Rebound
Harga minyak sawit (CPO) di Bursa Malaysia tercatat rebound dari area support 3.675, sebesar 1,06 persen ke MYR3.720 per ton, pada Senin (25/9) pukul 12.00 WIB.
Harga CPO terpantul kembali dari level support setelah sebelumnya mengalami penurunan di level MYR 3.681 per ton. Minyak sawit berjangka Malaysia sempat diperdagangkan di level MYR4.000 per ton.
Mengutip data Bursa Malaysia, negeri Jiran melaporkan ekspor seluruh produk minyak sawit mencapai 15.622.682 ton per Januari hingga September tahun ini.
Sementara di Indonesia, ekspor komoditas minyak kelapa sawit juga mencatatkan penurunan secara tahunan (yoy) yang cukup besar, terkontraksi sebesar -35,23 persen. Meski demikian, ekspor CPO mengalami pertumbuhan secara bulanan (m-to-m) sebesar 5,32 persen.
Nilai ekspor minyak kelapa sawit juga mengalami peningkatan dari Juli 2023 yang mencatatkan sebesar USD2,28 miliar (Rp34,99 triliun) menjadi USD2,40 miliar (Rp36,84 triliun). Namun angka tersebut mengalami penurunan dibanding Agustus 2022 yang mencatatkan nilai ekspor minyak kelapa sawit sebesar USD3,71 miliar (Rp56,94 triliun).
Harga Referensi (HR) produk minyak kelapa sawit untuk penetapan Bea Keluar (BK) dan tarif Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BLU BPDPKS), atau biasa disebut Pungutan Ekspor (PE), untuk periode 16-30 September 2023 adalah USD 798,83 per ton.
Sepanjang tahun lalu, Badan Pusat Statistik (BPS), mencatat nilai ekspor CPO Indonesia mencapai USD29,62 miliar. Angka ini naik 3,56 persen dibanding tahun sebelumnya, sekaligus menjadi rekor tertinggi dalam sedekade terakhir.
Nilai ekspor CPO Indonesia juga tercatat konsisten meningkat sejak 2020, meskipun volume ekspornya terus menurun dalam tiga tahun terakhir.
Pada 2022 volume ekspor CPO Indonesia turun 28,5 persen (yoy) menjadi 26,22 juta ton. Padahal pada 2019, volume ekspornya sempat mencapai angka 29,54 juta ton.
Hal ini menunjukkan, peningkatan nilai ekspor minyak sawit Indonesia bukan ditopang oleh naiknya produksi, melainkan karena lonjakan harga CPO di pasar global.
Namun, berdasarkan Trading Economics, harga CPO turun 453 MYR/MT atau 10,85 persen sejak awal tahun ini, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini.
Permintaan terbesar masih datang dari India sebagai negara importir minyak nabati terbesar. Per Januari hingga September, ekspor Malaysia ke India menjadi yang terbesar dengan volume mencapai 1.809.125 ton. (ADF)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.