Harga CPO Naik Dua Hari Beruntun, Ditopang Penguatan Minyak Kedelai
Harga minyak sawit mentah (CPO) menguat untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa (23/12/2025), didukung kenaikan harga minyak kedelai.
IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) menguat untuk hari kedua berturut-turut pada Selasa (23/12/2025), didukung kenaikan harga minyak kedelai seiring permintaan yang lebih kuat dari China.
Kontrak acuan CPO untuk pengiriman Maret di Bursa Malaysia Derivatives Exchange naik 0,95 persen ke level 4.025 ringgit Malaysia per ton pada 15.37 WIB. Namun, dalam sebulan terakhir harga minyak sawit melemah 2,16 persen
Trader proprietary di perusahaan perdagangan berbasis di Kuala Lumpur, Iceberg X Sdn Bhd, David Ng, menjelaskan, dikutip Reuters, kenaikan CPO seiring penguatan pasar minyak kedelai, terutama didorong oleh permintaan China yang solid.
Di China, kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian naik 0,39 persen, sementara kontrak minyak sawitnya menguat 1,56 persen. Sebaliknya, harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade melemah 0,51 persen.
Harga CPO cenderung mengikuti pergerakan minyak nabati pesaingnya karena saling bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global.
Sementara itu, harga minyak mentah dunia bergerak stabil setelah melonjak lebih dari 2 persen pada sesi sebelumnya.
Kenaikan tersebut dipicu pernyataan Amerika Serikat (CPO) yang membuka peluang menjual minyak mentah Venezuela yang disita, serta serangan Ukraina terhadap kapal dan dermaga Rusia yang memicu kekhawatiran gangguan pasokan.
Penguatan harga minyak mentah membuat minyak sawit semakin menarik sebagai bahan baku biodiesel.
Menurut Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) Ernest Gunawan, Indonesia sendiri telah mengalokasikan 15,646 juta kiloliter biodiesel berbasis sawit untuk program mandatori pencampuran biodiesel pada 2026.
Dari sisi ekspor, survei kargo oleh Intertek Testing Services menunjukkan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada periode 1-20 Desember naik 2,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, estimasi AmSpec Agri Malaysia mencatat penurunan ekspor sebesar 0,87 persen.
Di sisi mata uang, ringgit, mata uang perdagangan minyak sawit, menguat 0,29 persen terhadap dolar AS, sehingga membuat harga minyak sawit menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang asing. (Aldo Fernando)