Harga CPO Nyungsep, Austindo (ANJT) Telan Rugi Rp55,39 Miliar di Kuartal I 2023
PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatatkan rugi bersih sebesar USD3,76 juta atau Rp55,39 miliar.
IDXChannel - PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mencatatkan rugi bersih sebesar USD3,76 juta atau Rp55,39 miliar. Berbalik dari periode yang sama tahun sebelumnya, di mana perseroan membukukan laba sebesar USD11,23 juta.
Sementara itu, pendapatan perseroan juga turun 32,65% menjadi USD50,87 juta atau Rp748,54 miliar, dari sebelumnya sebesar USD75,54 juta. Berdasarkan produknya, penjualan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tercatat sebesar USD45,08 juta, produk inti sawit atau palm kernel mencatatkan penjualan sebesar USD4,71 juta dan penjualan edamame tercatat sebesar USD364,426.
Selanjutnya, penjualan produk tepung sagu tercatat sebesar USD284.900, tandan buah segar (TBS) mencatatkan penjualan sebesar USD276.012, serta penjualan lainnya tercatat sebesar USD9.466.
Dari sisi operasional, produksi produksi CPO perseroan tercatat turun 0,6% menjadi 60.051 metrik ton, sedangkan produksi palm kernel turun 2,5% menjadi 11.517 metrik ton. Hal itu membuat penjualan CPO ikut menurun sebesar 3,3% menjadi 58.103 metrik ton, dibandingkan 60.057 metrik ton pada periode yang sama 2022.
Selain penurunan produksi CPO dan palm kernel, kinerja perseroan sepanjang tiga bulan pertama tahun ini disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata CPO dan palm kernel yang terkoreksi sebesar 27,5%, sebagai dampak dari jumlah produksi sawit lebih tinggi.
“Serta penurunan harga minyak nabati lain di tengah kekhawatiran kemungkinan resesi ekonomi global,” kata Direktur Keuangan ANJT, Nopri Pitoy dalam siaran pers, dikutip Kamis (4/5/2023).
Meski CPO dan palm kernel mengalami penurunan, produksi tandan buah segar (TBS) perseroan hingga kuartal I 2023 tercatat sebesar 189.662 metrik ton, naik 8,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar 174.424 metrik ton.
Nopri menjelaskan, penurunan produksi CPO dan palm kernel disebabkan oleh penurunan pembelian buah luar di salah satu perkebunan ANJT, yang diakibatkan oleh pembatasan akses jalan pada ukuran truk pengantar TBS. Namun, sejak April 2023, perseroan telah meningkatkan kembali pembelian TBS eksternal di perkebunan tersebut.
Sementara itu, perkebunan Papua Barat Daya perseroan mengalami penurunan produksi TBS sebesar 8,1% akibat tandan partenokarpi, yang disebabkan oleh intensitas hujan tinggi selama tahun 2022 yang mempengaruhi pembentukan buah.
“Sebagai akibatnya juga mempengaruhi kualitas TBS yang dikirim ke pabrik, sehingga turut berkontribusi pada penurunan produksi,” ujar Nopri.
Di samping itu, fluktuasi harga CPO menunjukkan pentingnya peningkatan produktivitas kebun agar kinerja perseroan dapat dipertahankan. Oleh karena itu, ANJT menjalankan strategi keseimbangan usia tanaman melalui program replanting agar dapat meningkatkan produktivitas dalam jangka panjang dan menjaga pertumbuhan di masa depan.
Di tengah program penanaman kembali yang masif, perkebunan di Pulau Belitung mencatat total produksi TBS sebesar 54.070 metrik ton, meningkat 26,3% dari sebelumnya sebesar 42.797 metrik ton. Perkebunan Sumatera Utara I tercatat memproduksi total TBS sebesar 29.911 metrik ton, naik 5,0% di atas total produksi TBS pada pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 28.488 metrik ton.
Lalu, perkebunan di Papua Barat Daya sudah memasuki periode menghasilkan atau young mature, walaupun belum menghasilkan produksi optimal yang dapat menutupi biaya-biaya operasional terkait dan beban penyusutan. Produksi optimal di Papua Barat Daya diperkirakan akan tercapai dalam tiga tahun ke depan.
ANJT juga melaporkan bahwa tiga kebun koperasi kemitraan di Pulau Belitung telah mendapatkan sertifikasi Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). Dengan demikian, perseroan sudah berhasil mencapai 100% sertifikasi RSPO bagi perkebunan plasma dan kemitraan perseroan.
“Kami akan terus melanjutkan praktik perkebunan yang berkelanjutan serta mencapai ambisi ESG kami, seperti target emisi nol bersih pada tahun 2030,” tutup Nopri.
(FAY)