MARKET NEWS

Harga Emas Tertekan usai The Fed Tahan Suku Bunga dan Data Inflasi AS

Maulina Ulfa 13/06/2024 09:47 WIB

Harga emas spot turun 0,24 persen ke level USD2.314 per troy ons pada awal perdagangan Kamis (13/6/2024).

Harga Emas Tertekan usai The Fed Tahan Suku Bunga dan Data Inflasi AS. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga emas spot turun 0,24 persen ke level USD2.314 per troy ons pada awal perdagangan Kamis (13/6/2024) setelah mengalami kenaikan tiga hari beruntun.

Pada sesi perdagangan Rabu (12/6), harga emas spot ditutup naik 0.19 persen ke level USD2.320 per troy ons.

Penurunan harga emas seiring keputusan Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) yang kembali menahan suku bunga dan mengisyaratkan satu kali pemotongan suku bunga.

Selain pengumuman The Fed, inflasi AS juga secara tak terduga melandai dibanding bulan sebelumnya.

Harga emas sebelumnya ditutup anjlok 3,49 persen di level USD 2.387,85 per troy ons pada perdagangan Jumat (7/6) pekan lalu. (Lihat grafik di bawah ini.)

Harga emas juga terus terkoreksi sejak sesi Selasa (4/6) lalu, mengalami penurunan 1,05 persen di level USD2.325,76 per troy ons.

Harga emas pekan lalu memperpanjang penurunan hingga diperdagangkan di bawah USD2.320 per troy ons menandai level terendah dalam sebulan.

Ini karena harga logam mulia tertekan oleh perubahan ekspektasi The Fed yang hawkish dan adanya penurunan pembelian bank sentral di Asia.

The Fed mempertahankan suku bunga Fed Fund Rate (FFR) stabil di 5,25 persen-5,50 persen untuk pertemuan ketujuh berturut-turut Rabu (12/6/2024) sejalan dengan perkiraan pasar.

Para pengambil kebijakan memperkirakan tidak tepat untuk menurunkan suku bunga sampai mereka memperoleh keyakinan yang lebih besar bahwa inflasi akan bergerak secara berkelanjutan menuju angka 2 persen.

Sementara itu, para pengambil kebijakan hanya memperkirakan satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini dan empat kali penurunan pada 2025. Pada Maret lalu, The Fed memperkirakan tiga kali penurunan suku bunga di 2024 dan tiga kali pada 2025.

Sejumlah pengambil kebijakan The Fed juga menyatakan kurang optimisme terhadap disinflasi perekonomian AS sementara ekspektasi pertumbuhan tetap ada, sehingga menambah tekanan hawkish.

The Fed tidak melakukan revisi terhadap proyeksi pertumbuhan PDB dan masih melihat adanya penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2025.

Di lain pihak, perekonomian AS diproyeksi meningkat sebesar 2,1 persen pada 2024, 2 persen pada 2025 dan 2026.

Sementara itu, perkiraan inflasi PCE AS direvisi lebih tinggi untuk 2024 (2,6 persen vs 2,4 persen pada proyeksi bulan Maret) dan tahun depan (2,3 persen vs 2,2 persen) namun tetap dipertahankan pada 2 persen untuk 2026.

Proyeksi inflasi PCE inti juga direvisi hingga 2,8 persen 2024 (vs 2,6 persen) dan 2025 (2,3 persen vs 2,2 persen) namun dipertahankan pada angka 2 persen pada 2026.

Tingkat inflasi tahunan di AS secara tak terduga juga melambat menjadi 3,3 persen pada Mei 2024, terendah dalam tiga bulan, dibandingkan dengan 3,4 persen pada April dan perkiraan sebesar 3,4 persen.

Inflasi mereda pada kelompok makanan (2,1 persen vs 2,2 persen), tempat tinggal (5,4 persen vs 5,5 persen), transportasi (10,5 persen vs 11,2 persen) dan pakaian jadi (0,8 persen vs 1,3 persen) dan harga kendaraan baru yang terus menurun (-0,8 persen vs -0.4 persen) dan mobil dan truk bekas (-9.3 persen vs -6.9 persen).

Di sisi lain, biaya energi naik lebih tinggi (3,7 persen vs 2,6 persen), yaitu bensin (2,2 persen vs 1,1 persen), layanan gas utilitas (0,2 persen vs -1,9 persen) dan bahan bakar minyak (3,6 persen vs -0,8 persen).

Perubahan sikap dovish pada bank sentral besar lainnya juga mendukung harga emas, dengan penurunan suku bunga oleh bank sentral Eropa (ECB) dan perkiraan penurunan suku bunga oleh Bank of Englang (BoE) dan People's Bank of China (PboC). (ADF)

SHARE