Harga Komoditas, Minyak Turun, Emas Masih di Level Tertinggi
Sejumlah komoditas mengalami fluktuasi harga bervariasi sepekan terakhir hingga awal pekan ini, Senin (30/10/2023).
IDXChannel - Sejumlah komoditas mengalami fluktuasi harga bervariasi sepekan terakhir hingga awal pekan ini, Senin (30/10/2023). Pasar komoditas pekan ini menanti sejumlah data ekonomi yang datang dari Negeri Paman Sam, Amerika Serikat (AS) dan China.
Sementara itu, konflik di Timur Tengah masih memanas dengan serangan darat yang dilancarkan tentara Israel. Melansir AFP, Sabtu (28/10/2023), militer Israel mulai melancarkan operasi darat ke Gaza pada Jumat (27/10) malam. Serangan ini diawali dengan sejumlah jet tempur Israel yang membombardir 150 target bawah tanah di wilayah Jalur Gaza bagian utara.
Kantor berita Al Jazeera melaporkan, setidaknya 8.005 warga Palestina telah tewas di Gaza akibat serangan Israel sejak 7 Oktober. Lebih dari 1.400 orang tewas dalam serangan Hamas di Israel.
Al Jazeera menambahkan, menurut data Save The Children, lebih banyak anak-anak yang terbunuh di Gaza dalam tiga minggu terakhir dibandingkan jumlah total korban tewas dalam konflik di seluruh dunia setiap tahun sejak 2019.
Minyak
Di awal perdagangan awal pekan, harga minyak turun USD1 per barel karena investor bersikap hati-hati menjelang pertemuan kebijakan The Fed dan data manufaktur China akhir pekan ini. Data terbaru pekan ini mengimbangi dukungan dari ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent turun 98 sen, atau 1,1 persen, menjadi USD89,50 per barel pada pukul 07.01 WIB, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di USD84,54 per barel, atau 1,2 persen.
Namun, investor mengamati hasil pertemuan kebijakan moneter The Fed pada Rabu (1/11), data ketenagakerjaan AS dan pendapatan dari raksasa teknologi Apple Inc (AAPL) untuk mengamati apakah ada tanda-tanda perlambatan ekonomi yang dapat berdampak pada permintaan bahan bakar di negara konsumen minyak terbesar dunia tersebut.
“Meskipun perang Hamas-Israel meningkat, invasi darat sudah diperkirakan secara luas,” kata Tina Teng, analis di CMC Markets.
Pekan lalu, Brent dan WTI sempat turun dan menandai penurunan mingguan pertamanya dalam tiga minggu terakhir karena perkembangan di Timur Tengah membuat investor tetap waspada dan harga berfluktuasi.
Harga Brent dan WTI berakhir 3 persen lebih tinggi pada perdagangan Jumat (27/10) setelah Israel meningkatkan serangan daratnya ke Gaza, memicu kekhawatiran bahwa konflik dapat meluas di wilayah yang menyumbang sepertiga produksi minyak global.
Investor juga tengah mencermati indeks PMI China apakah ada peningkatan permintaan bahan bakar di negara importir minyak mentah terbesar dunia dan konsumen minyak nomor dua tersebut pasca Beijing meluncurkan sejumlah langkah stimulus.
Harga emas turun 0,10 persen pada perdagangan awal pekan di level USD 2003 per troy ons, Senin (30/10) pukul 8.15 WIB.
Akhir pekan kemarin, harga emas melanjutkan sesi kenaikan di atas USD2.000 per troy ons pada perdagangan Jumat (27/103). Di hari tersebut, emas spot melanjutkan kenaikan sebesar 1,06 persen dan mencapai level tertinggi sejak Juni di harga USD2.006 per troy ons. (Lihat grafik di bawah ini.)
Harga emas membukukan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut, karena ketidakpastian geopolitik di Timur Tengah memberikan dukungan pada logam tersebut. Dalam satu bulan, emas sudah naik 7,45 persen dan secara year to date (YTD), harga emas sudah naik 9,87 persen.
Kenaikan harga emas masih ditopang kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan mendorong investor untuk mencari aset-aset yang aman (safe-haven).
Pasukan Israel melancarkan serangan darat terbesar mereka di Gaza pada akhir pekan meskipun ada upaya diplomatik untuk menunda invasi darat penuh yang diperkirakan terjadi.
Sementara itu, kenaikan harga emas dibatasi oleh bukti lebih lanjut bahwa perekonomian AS tetap tangguh sehingga memperkuat pandangan suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
Perekonomian AS tumbuh pada laju tercepat dalam hampir dua tahun pada kuartal ketiga, bertentangan dengan perkiraan resesi. Di tempat lain, Bank Sentral Eropa (ECB) menghentikan kenaikan suku bunga berturut-turut selama 15 bulan, membiarkan suku bunga utamanya tidak berubah setelah serangkaian pembacaan PMI yang lemah.
Harga minyak sawit (Crude palm oil/CPO) masih berada di level support kisaran MYR3.700 per ton. Harga CPO berada di level MYR 3775 per ton pada perdagangan Jumat (27/10). Harga CPO sempat turun di level MYR3.667 per ton pada Selasa (24/10).
Mengutip New Straits Times, kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatif diperkirakan diperdagangkan dengan bias turun minggu ini karena para pedagang tetap berhati-hati terhadap kemungkinan kenaikan stok.
Pekan lalu, sebagian besar kontrak berjangka CPO diperdagangkan lebih tinggi, karena mengikuti pergerakan pasar minyak kedelai dan harga minyak mentah.
Mengutip data Trading Economics, harga minyak sawit sudah turun MYR399 per ton atau 9,56 persen sejak awal 2023, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini. Secara historis, CPO sempat mencapai angka tertinggi sepanjang masa alias all time high yaitu di level MYR7.268 per ton pada Maret 2022.
Harga batu bara berjangka Newcastle diperdagangkan sekitar USD135 per ton, terendah dalam sebelas minggu, karena peningkatan produksi batu bara sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan listrik.
Harga batu bara per Jumat (27/10) berada di level USD138,2 per ton, menguat tipis 0,40 persen.
Produksi batu bara China per September naik 0,4 persen dibandingkan Agustus, dan mencapai tingkat tertinggi sejak Maret setelah dicabutnya aturan pembatasan operasional tambang karena insiden kecelakaan beberapa waktu lalu.
Output listrik berbahan bakar batu bara di China juga meningkat sebesar 2,3 persen dari tahun-ke-tahun (yoy) pada September, dan permintaan listrik secara keseluruhan melonjak sebesar 9,9 persen, melampaui ekspektasi.
Selain itu, impor batu bara China meningkat sebesar 27,5 persen pada bulan yang sama karena kenaikan harga batu bara dalam negeri, meningkatnya penggunaan industri, dan persediaan musiman menjelang cuaca dingin di China utara.
Ke depan, produksi batubara diperkirakan akan terus meningkat pada kuartal keempat tahun ini seiring dengan kembalinya operasi normal tambang.
Pada saat yang sama, permintaan batu bara China kemungkinan akan tetap tinggi selama bulan Oktober dan November seiring dengan persiapan perusahaan listrik untuk menghadapi musim dingin. (ADF)