Harga Minyak Dunia Bervariasi, Tunggu Kabar soal Kebijakan Pemotongan Produksi
Harga minyak mentah dunia terpantau melonjak pada awal perdagangan, Selasa (2/6/2020).
IDXChannel - Harga minyak mentah dunia terpantau melonjak pada awal perdagangan, Selasa (2/6/2020) ketika para pelaku pasar menanti apakah produsen besar minyak dunia akan setuju memperpanjang kebijakan pemotongan produksi.
Dilansir Reuters, Selasa (2/6/2020), harga minyak mentah berjangka Brent menanjak naik 0,3% atau 12 sen menjadi USD38,44 per barel. Sementara itu harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada tren penguatan 38% awal pekan kemarin, dan pada sesi terakhir merayap 0.3% atau 9 sen menjadi USD35,53 per barel.
Harga Brent terpantau telah meningkat hingga dua kali lipat selama enam pekan terakhir, berkat pengurangan produksi oleh OPEC dan Rusia. Namun harga minyak masih jauh lebih rendah sekitar 40% sepanjang tahun 2020 ini.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC) bersama dengan sekutunya Rusia atau yang dikenal dengan sebutan OPEC + bakal menggelar pertemuan. Produsen raksasa minyak dunia yang tergabung dalam OPEC + sedang mempertimbangkan memperluas pemangkasan produksi mereka hingga mencapai 9.700.000 barel per hari (BPD), atau sekitar 10% dari output global antara periode Juli atau Agustus.
Keputusan tersebut menjadi fokus utama para pelaku pasar dengan harapan pertemuan online yang dijadwalkan pada 4 Juni mendatang bisa menopang harga minyak.
"Selama masa komitmen kepatuhan OPEC + saat ini, pemulihan harga ada pegangan. Harga minyak dapat stabil pada rentang yang lebih tinggi," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di AxiCorp.
Berdasarkan rencana OPEC + yang disepakati pada bulan April, potongan pasokan untuk Mei dan Juni capai rekor, yakni 7.700.000 BPD dari Juli sampai Desember. Arab Saudi telah memimpin pembicaraan untuk mendorong dan memperpanjang pengurangan produksi.
Sementara itu penurunan stok minyak mentah terjadi di Cushing, Oklahoma, yang jatuh ke 54.300.000 barel dalam seminggu untuk Mei 29, untuk mendukung kenaikan harga. Namun ketegangan perdagangan antara China dan Amerika Serikat atas UU keamanan Hong Kong, serta data manufaktur Asia dan Eropa dimana pabrik terung berjuang untuk menekan keuntungan.
Sementara itu, dilansir Reuters pada Minggu (31/5/2020), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan akan menunda KTT G7 yang semula akan digelar akhir Juni hingga September dan memperluas daftar negara-negara yang akan diundang dalam pertemuan ini, termasuk Australia, Rusia, Korea Selatan dan India.
Trump berbicara kepada wartawan di Air Force One saat kembali ke Washington, bahwa G7 yang mengelompokkan ekonomi paling maju di dunia, adalah "kelompok negara yang sangat ketinggalan zaman. Saya menunda itu karena saya tidak merasa bahwa sebagai G7 itu benar mewakili apa yang terjadi di dunia," pungkas Trump. (*)