Harga Minyak Jatuh ke Level Terendah 5 Bulan Jelang Pertemuan Trump-Putin
Trump mengatakan ia dan Putin sepakat pada Kamis untuk bertemu di Budapest dalam waktu dekat untuk membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina.
IDXChannel – Harga minyak turun lebih dari 1 persen pada Kamis (16/10/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dia dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk segera bertemu di Hungaria.
Pertemuan tersebut bertujuan membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina dan menambah ketidakpastian terhadap pasokan energi global.
Kontrak berjangka (futures) Brent ditutup jatuh 1,37 persen ke posisi USD61,06 per barel. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat merosot 1,39 persen menjadi USD57,46 per barel. Kedua patokan minyak tersebut mencatat level penutupan terendah sejak 5 Mei.
Melansir dari Reuters, Trump mengatakan ia dan Putin sepakat pada Kamis untuk bertemu di Budapest dalam waktu dekat untuk membahas upaya mengakhiri perang di Ukraina, sehari sebelum Presiden AS itu dijadwalkan berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Namun, tanggal pasti pertemuan tersebut belum ditentukan.
“Ketegangan geopolitik antara Rusia, AS, dan Ukraina mulai berkembang lagi,” ujar Kepala Ekonom Matador Economics Tim Snyder. Menurutnya, hal ini mendorong sebagian pelaku pasar melepas posisi mereka.
Tekanan tambahan datang dari laporan Energy Information Administration (EIA) yang mencatat persediaan minyak mentah AS naik 3,5 juta barel menjadi 423,8 juta barel pada pekan lalu.
Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan dalam jajak pendapat Reuters yang hanya memperkirakan kenaikan 288.000 barel. Kenaikan stok minyak yang lebih besar dari perkiraan ini terutama dipicu oleh turunnya tingkat pemanfaatan kilang seiring masuknya musim perawatan kilang di musim gugur.
“Laporan ini cenderung sedikit bearish, dengan kenaikan besar pada stok minyak mentah diimbangi penurunan signifikan pada stok distilat. Namun, permintaan minyak yang terindikasi jauh lebih lemah dibandingkan pekan sebelumnya,” kata Analis UBS Giovanni Staunovo.
Data tersebut juga menunjukkan produksi minyak AS naik menjadi 13,636 juta barel per hari, level tertinggi sepanjang sejarah.
Di saat yang sama, pelaku pasar juga mencermati kemungkinan India menghentikan impor minyak dari Rusia, yang berpotensi mengubah arus perdagangan global dan meningkatkan permintaan pasokan dari negara lain.
Trump mengatakan Perdana Menteri India Narendra Modi telah berjanji pada Rabu bahwa India akan berhenti membeli minyak dari Rusia. Saat ini, Rusia merupakan pemasok utama minyak India, mencakup sekitar sepertiga dari total impor minyak negara tersebut.
“Ini merupakan perkembangan positif bagi harga minyak mentah karena akan menghilangkan salah satu pembeli terbesar minyak Rusia,” ujar Analis Pasar IG Tony Sycamore.
Kedua kontrak minyak pada Rabu sebelumnya sempat menyentuh level terendah sejak awal Mei, dipicu oleh ketegangan dagang AS–China dan kekhawatiran terhadap potensi kelebihan pasokan.
Beberapa kilang India dikabarkan mulai bersiap mengurangi impor minyak Rusia secara bertahap, menurut tiga sumber yang mengetahui rencana tersebut kepada Reuters.
Namun, India pada Kamis menegaskan bahwa prioritas utamanya adalah menjaga stabilitas harga energi dan keamanan pasokan, tanpa menanggapi langsung pernyataan Trump.
Sementara itu, Rusia menyatakan yakin bahwa kemitraan energinya dengan India akan tetap berlanjut.
Pemerintah Inggris pada Rabu juga mengumumkan sanksi baru yang secara langsung menargetkan Rosneft dan Lukoil, dua perusahaan energi terbesar Rusia. (Aldo Fernando)