Harga Minyak Masih Menguat Imbas Surplus Pasokan dari Negara OPEC
Harga minyak masih menguat pada perdagangan Selasa (14/11/2023) usai adanya kabar positif dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
IDXChannel - Harga minyak masih menguat pada perdagangan Selasa (14/11/2023) usai adanya kabar positif dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Harga minyak mentah Brent menguat 0,11 persen di level USD82,61 per barel dan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 0,12 persen di level USD78,4 per barel, berdasarkan data Oilprice.com per pukul 14.44 WIB. (Lihat tabel di bawah ini.)
Pada perdagangan awal pekan, harga minyak naik lebih dari 1 persen setelah laporan pasar bulanan OPEC meredakan kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan dan penyelidikan AS terhadap dugaan pelanggaran sanksi minyak Rusia yang meningkatkan kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent naik USD1,09, atau 1,3 persen pada Senin (13/11), menjadi USD82,52 per barel, sementara minyak mentah berjangka WTI juga naik USD1,09, atau 1,4 persen, menjadi USD78,26 per barel.
Harga minyak mentah juga mendapat sedikit dukungan dari pembelian 1,2 juta barel minyak mentah AS untuk mengisi kembali Cadangan Minyak Strategis. Sementara laporan pembatasan yang lebih ketat terhadap ekspor minyak Rusia juga mengisyaratkan pasar yang lebih ketat.
Namun kenaikan harga minyak terbatas karena para investor tengah menanti data inflasi utama AS yang akan dirilis hari ini. Angka inflasi AS diperkirakan akan menentukan jalur kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Pembacaan zona euro mengenai pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga juga diperkirakan terjadi, terutama karena blok tersebut berada di titik puncak resesi.
Kedua kontrak tersebut mengalami penurunan tajam selama tiga minggu terakhir, terutama terpukul oleh kekhawatiran atas lesunya permintaan setelah serangkaian data perekonomian yang lemah dari China, AS, dan zona euro.
Harga minyak Brent melemah 6,32 persen sepanjang bulan ini dan WTI tertekan 8,25 persen berdasarkan data Trading Economics. Artinya, harga minyak masih belum pulih sepenuhnya dari tekanan harga dan permintaan.
Saat ini, pasar masih fokus pada data indeks harga konsumen AS yang akan dirilis hari ini setelah serangkaian komentar hawkish dari pejabat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) sepanjang minggu sebelumnya.
Pejabat Fed mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut sebagian besar akan bergantung pada inflasi. Data hari Selasa diperkirakan menunjukkan bahwa inflasi CPI mereda di bulan Oktober setelah mengalahkan ekspektasi selama dua bulan terakhir.
Tanda-tanda menurunnya inflasi kemungkinan besar berdampak positif bagi pasar minyak mentah, mengingat tanda-tanda tersebut menandakan semakin kecilnya peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga bulan depan.
Sebelum rilis data AS, data produk domestik bruto zona euro juga akan dirilis pada hari Selasa, dengan fokus utama pada apakah blok tersebut memasuki resesi teknis pada kuartal ketiga.
Serangkaian indikator ekonomi yang lemah dari Jerman yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar di blok tersebut telah meningkatkan kekhawatiran terhadap potensi resesi tahun ini.
PDB zona Euro diperkirakan menyusut 0,1 persen kuartal-ke-kuartal (qoq) dalam tiga bulan hingga 30 Oktober.
Meski sejumlah tantangan masih menghantui pasar minyak, laporan Monthly Oil Market Report (MOMR) OPEC menyatakan bahwa kartel minyak ini melihat fundamental pasar minyak yang kuat. OPEC juga memperkirakan peningkatan impor minyak mentah China ke rekor tahunan baru tahun ini dan menolak sentimen negatif pasar minyak sebagai hal yang berlebihan.
Produksi minyak mentah OPEC juga dilaporkan naik sepanjang Oktober sebesar 80.000 barel per hari (bpd) dibandingkan September.
Namun, produksi di negara-negara yang terikat oleh pakta OPEC+ terus berada jauh di bawah tingkat yang disepakati.
Dilaporkan Oilprice.com, total produksi dari 13 anggota OPEC rata-rata mencapai 27,9 juta barel per hari pada Oktober 2023. Kenaikan produksi minyak ini karena peningkatan produksi di Angola, Iran, dan Nigeria.
Produksi minyak di Libya, Arab Saudi, dan Kuwait turun pada bulan lalu dibandingkan September dalam laporan MOMR.
Data resmi OPEC menunjukkan sedikit perubahan dibandingkan dengan survei Bloomberg. Survei Bloomberg awal bulan ini memperkirakan total produksi minyak mentah kartel tersebut rata-rata mencapai 28,08 juta barel per hari pada Oktober atau sekitar 50.000 barel per hari lebih tinggi dibandingkan bulan September. (ADF)