MARKET NEWS

Harga Minyak Menguat Jelang Pernyataan Trump Terkait Konflik Rusia dan Ukraina

Febrina Ratna Iskana 29/08/2025 07:57 WIB

Harga minyak menguat seiring memudarnya prospek perjanjian damai antara Rusia dan Ukraina. Di sisi lain, para pedagang menanti pernyataan Trump.

Harga Minyak Menguat Jelang Pernyataan Trump Terkait Konflik Rusia dan Ukraina. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Harga minyak menguat seiring memudarnya prospek perjanjian damai antara Rusia dan Ukraina. Terlebih lagi pedagang tengah menantikan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait konflik kedua negara.

Minyak mentah West Texas Intermediate naik 0,7 persen ke level USD64 per barel pada Jumat (29/8/2025) sekitar pukul 02.00 WIB dini hari , berbalik dari penurunan sebelumnya, setelah Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan Vladimir Putin dari Rusia tidak akan terjadi.

Padahal pembicaraan antara Zelenskiy dan Putin dipandang sebagai langkah menuju kesepakatan damai yang dapat membuka jalan bagi pengurangan pembatasan ekspor minyak mentah Rusia.

Kemudian, harga minyak berjangka jenis WTI pada pukul 07.20 WIB masih berada di level USD64,26 untuk pengiriman Oktober 2025, nilainya turun 0,53 persen berdasarkan data Bloomberg. Sedangkan harga minyak berjangka jenis Brent dibanderol USD68,62 atau naik 0,84 persen untuk pengiriman Oktober 2025.

Presiden Donald Trump juga akan merilis pernyataan tentang Rusia dan Ukraina yang mendorong para pedagang untuk melakukan lindung nilai terhadap sanksi yang lebih ketat terhadap pengiriman energi Moskow.

"Trump harus memutuskan apakah dia benar-benar ingin menjatuhkan sanksi atau mencoba negosiasi lagi," kata seorang pedagang energi senior di CIBC Private Wealth Group, Rebecca Babin, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/8/2025).

"Pasar sudah terbiasa dengan penundaan, sehingga premi risiko yang diperhitungkan sangat minimal," sambungnya.

Ukraina telah meningkatkan serangan pesawat nirawak terhadap infrastruktur minyak Rusia selama sebulan terakhir, yang terbaru menghantam dua kilang. Di sisi lain, ekspor minyak mentah Moskow merosot pekan lalu, menurut data pelacakan tanker yang dihimpun Bloomberg, setelah Ukraina mengintensifkan serangannya.

Perkembangan ini terjadi ketika penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro, meningkatkan tekanan pada India untuk menghentikan pembelian minyak Rusia setelah Washington menggandakan pungutan impor dari negara itu menjadi 50 persen.

Namun, prospeknya secara keseluruhan tetap bearish. Pasar minyak secara luas diperkirakan akan mengalami surplus menjelang akhir tahun, karena peningkatan produksi dari aliansi OPEC+ dan di luar kelompok tersebut yang akhirnya melampaui permintaan.

Kelompok produsen tersebut dijadwalkan bertemu pada 7 September, tetapi belum ada pembicaraan yang diadakan tentang langkah selanjutnya, menurut seorang delegasi senior OPEC.

Selain itu, aktivitas perdagangan pekan ini juga lesu menjelang libur akhir pekan Hari Buruh di AS, yang berkontribusi pada pergerakan harga minyak yang fluktuatif.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE