Harga Minyak Merosot ke Bawah USD90 per Barel, Perlukah Harga BBM Naik?
Reli kenaikan harga minyak akhirnya terhenti pada perdagangan Selasa (3/10/2023).
IDXChannel - Reli kenaikan harga minyak akhirnya terhenti pada perdagangan Selasa (3/10/2023). Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun 0,35 persen menuju USD88 per barel.
Sementara minyak mentah Brent diperdagangkan menjadi USD90,2 per barel atau turun 0,53 persen pada pukul 15.30 WIB. Pada penutupan perdagangan, harga minyak WTI menguat tipis 0,12 persen di level USD88,93 per barel dan Brent naik 0,03 persen di level USD90,75 per barel. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sebelumnya, harga minyak Brent sempat menyentuh USD94 per barel dan WTI menyentuh USD92 per barel pada dua pekan sebelumnya.
Harga WTI meluncur untuk sesi keempat berturut-turut karena investor mengurangi kepemilikan aset berisiko di tengah menguatnya dolar dan melonjaknya imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS).
Dolar mencapai level tertinggi baru dalam sepuluh bulan terhadap sejumlah mata uang utama lainnya dan imbal hasil Treasury Amerika Serikat (AS) 10-tahun menguat ke level tertinggi sejak 2007.
Ini karena data ekonomi AS yang kuat mendukung perkiraan bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
PMI Manufaktur ISM AS menunjukkan kontraksi di sektor manufaktur melambat tajam dan tekanan harga mereda pada bulan September.
Para analis juga mencatat bahwa pipa minyak utama antara Irak dan Turki tampaknya siap untuk dioperasikan minggu ini yang dapat menghasilkan aliran minyak tambahan dan mengurangi ketatnya pasokan global.
Sementara itu, pasar menantikan pertemuan OPEC+ minggu ini, yang diperkirakan akan mempertahankan penurunan produksi yang diumumkan sebelumnya.
Harga Brent telah melonjak sekitar 2,46 persen dalam sebulan terakhir, sementara WTI telah melonjak 3,06 persen.
Secara tahunan (yoy), Brent dan WTI telah melonjak 0,67 persen dan 3,58 persen. Ini karena negara-negara OPEC+, Arab Saudi dan Rusia, memperpanjang pengurangan pasokan hingga akhir tahun.
Harga Minyak Turun, Harga BBM Akan Turun?
Harga minyak dunia terus merangkak naik dalam beberapa pekan terakhir membuat pemerintah melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Imbas harga minyak naik, seluruh badan usaha penyedia BBM kembali menaikkann harga per 1 Oktober 2023.
Sejumlah harga BBM Pertamina Non Subsidi terpantau naik. BBM Pertamax yang naik menjadi Rp14.000 per liter dari sebelumnya Rp 13.300 per liter.
Kemudian Pertamax Turbo menjadi Rp 16.600 per liter dari sebelumnya Rp15.900 per liter. Harga Dexlite juga naik dari Rp16.350 per liter menjadi Rp17.200 per liter.
Lebih lanujut, harga Pertamina DEX juga naik dari Rp 16.900 per liter menjadi Rp 17.900 per liter. Terakhir Pertamax Green 95 dari Rp 15.000 per liter menjadi Rp 16.000 per liter.
Kenaikan harga minyak memang menekan neraca perdagangan RI. Pasalnya, Indonesia masih merupakan net importir minyak. Terlebih, kebutuhan BBM masih ditopang oleh subsidi pemerintah.
Indonesia bisa semakin terbebani saat dolar terus menunjukkan penguatan. Indeks dolar sempat memperpanjang kenaikan di atas 107 pada perdagangan Selasa pagi. Indeks dolar mencapai level tertinggi sejak November tahun lalu dan mengikuti kenaikan imbal hasil Treasury AS.
Dampak perkasanya dolar membuat rupiah sempat terjun ke level terlemahnya sejak awal Januari lalu, yakni di level Rp15.629 per dolar AS pada pukul 11.00 WIB.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan defisit perdagangan sektor migas mencapai USD4,46 miliar pada bulan Agustus lalu.
Sepanjang Januari–Agustus 2023, BPS mencatat sektor migas mengalami defisit mencapai USD12,05 miliar. Secara total, neraca perdagangan mengalami surplus 24,34 miliar.
Direktur Eksekutif Reforminer Insitute Komaidi Notonegoro mengungkapkan, harga minyak dunia adalah komponen terbesar dalam pembentukan harga BBM. Sekitar 55-60 persen komponen harga minyak bergantung pada kualitas minyak.
Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan, memang sudah sewajarnya Badan Usaha memiliki kewenangan dalam menentukan harga BBM non-PSO (non subsidi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga BBM non-PSO terkait dengan Harga minyak mentah, nilai tukar rupiah, distribusi dan biaya angkut.
"Serta juga mempertimbangkan aspek persaingan dengan badan usaha hilir migas lainnya," kata Josua.
Meski demikian, Citi, Lembaga perbankan global berbasis Inggris, memperingatkan harga minyak dunia bisa turun ke USD70 per barel di 2024 karena pasokan diperkirakan meningkat.
"Kami memiliki pandangan bearish terhadap minyak di mana kami memperkirakan Brent akan mencapai rata-rata USD82 pada kuartal IV-2023, dan USD74 di 2024," tulis kepala riset komoditas global Citi Ed Morse dalam sebuah catatan, dilansir dari Yahoo Finance, Selasa (3/10). (ADF)