MARKET NEWS

Harga Minyak Naik Tipis, OPEC+ Berencana Menahan Kenaikan Produksi

TIM RISET IDX CHANNEL 04/11/2025 07:25 WIB

Harga minyak dunia naik tipis pada Senin (3/11/2025), seiring pasar menilai keputusan OPEC+ untuk menaikkan pasokan minyak.

Harga Minyak Naik Tipis, OPEC+ Berencana Menahan Kenaikan Produksi. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak dunia naik tipis pada Senin (3/11/2025), seiring pasar menilai keputusan OPEC+ untuk menaikkan pasokan minyak.

Namun, rencana kelompok itu untuk menahan kenaikan produksi pada kuartal I-2026 membuat pergerakan harga cenderung terbatas di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan dan lemahnya data manufaktur Asia.

Kontrak berjangka (futures) Brent menguat 0,2 persen menjadi USD64,89 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat terapresiasi 0,1 persen ke USD61,05 per barel.

OPEC+, yang terdiri dari negara-negara anggota OPEC dan produsen sekutu, pada Minggu lalu sepakat menaikkan produksi sebesar 137.000 barel per hari (bph) pada Desember. Kelompok tersebut juga sepakat untuk menghentikan kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun depan.

“Dampak negatif terhadap harga dari tambahan produksi OPEC sebesar 137.000 bph pada kuartal ini tertahan oleh rencana penghentian kenaikan pasokan setelah akhir tahun,” tulis analis di Ritterbusch and Associates dalam catatannya, dikutip Reuters.

Pada hari yang sama, Morgan Stanley menaikkan proyeksi harga minyak Brent untuk paruh pertama 2026 menjadi USD60 per barel dari sebelumnya USD57,50. Kenaikan ini didorong oleh keputusan OPEC+ untuk menunda peningkatan kuota produksi pada awal tahun depan serta perkembangan terbaru terkait aset minyak Rusia.

Bulan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan pasar minyak global tahun depan mengalami surplus hingga 4 juta barel per hari. Namun, OPEC memperkirakan pasokan dan permintaan minyak global seimbang pada tahun tersebut.

Sejumlah pimpinan perusahaan minyak Eropa yang hadir dalam konferensi di Abu Dhabi mengingatkan agar tidak terlalu pesimistis terhadap prospek harga minyak.

Analis di RBC, bank asal Kanada, menilai Rusia masih menjadi faktor tak terduga bagi pasokan setelah sanksi Amerika Serikat terhadap produsen minyak Rosneft dan Lukoil, serta serangan terhadap infrastruktur energi negara itu.

Tekanan juga datang dari lemahnya sektor manufaktur di Asia pada Oktober, menurut survei bisnis yang dirilis Senin. Kawasan Asia merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.

Menurut CEO TotalEnergies Patrick Pouyanne, pertumbuhan permintaan minyak di China melambat sejak 2020 seiring transisi negara itu menuju energi hijau. Meski demikian, ia tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang karena meningkatnya permintaan dari India.

Sementara itu, penguatan dolar AS turut menekan harga minyak karena membuat harga minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Nilai dolar bertahan di posisi tertinggi tiga bulan terhadap sejumlah mata uang utama. (Aldo Fernando)

SHARE