Harga Minyak Sawit (CPO) Naik 2 Persen, Tertinggi Sejak April
Harga minyak sawit mentah (CPO) menguat pada Senin (11/8/2025), tertinggi sejak April lalu.
IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) menguat pada Senin (11/8/2025), tertinggi sejak April lalu. Kenaikan ini terjadi setelah pelaku pasar mencermati data bulanan dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB).
Menurut data pasar, hingga pukul 15.25 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives meningkat 2,59 persen menjadi MYR4.364 per ton, usai sempat menyentuh level MYR4.383 pada intraday, tertinggi dalam 18 pekan terakhir.
Dalam empat pekan belakangan, harga komoditas ini menguat 0,52 persen, dan dalam 12 bulan terakhir naik 14,59 persen.
Mengutip Trading Economics, stok minyak sawit pada Juli naik 4,02 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi 2,11 juta ton metrik, tertinggi dalam hampir dua tahun. Sementara produksi crude palm oil melonjak 7,09 persen menjadi 1,81 juta ton, tertinggi sejak September 2024.
Pada saat yang sama, ekspor pulih 3,82 persen menjadi 1,31 juta ton pada Juli, setelah anjlok tajam di bulan Juni.
Secara terpisah, surveyor kargo Intertek Testing Services melaporkan pengiriman untuk periode 1–10 Agustus melonjak 23,3 persen menjadi 482.576 ton metrik.
Di luar data industri, investor juga memantau tenggat 12 Agustus bagi China untuk mencapai kesepakatan tarif jangka panjang dengan AS. Di Indonesia, sebagai produsen terbesar, permintaan biodiesel tetap kuat di bawah mandat pencampuran 50 persen.
Sementara di India, konsumen terbesar, pembelian awal diperkirakan terjadi pada Agustus dan September menjelang perayaan Diwali pada pertengahan Oktober.
Kontrak minyak kedelai teraktif di Dalian naik 0,21 persen, sedangkan kontrak minyak sawitnya turun 0,18 persen. Harga soyoil di Chicago Board of Trade (CBOT) menguat 1,01 persen. Minyak sawit cenderung mengikuti pergerakan harga minyak nabati pesaing karena bersaing di pasar global.
Di pasar lain, harga minyak mentah melemah di perdagangan Asia pada Senin, memperpanjang penurunan lebih dari 4 persen pekan lalu, di tengah penantian hasil pembicaraan AS dan Rusia terkait perang di Ukraina.
Lemahnya harga minyak mentah membuat minyak sawit menjadi opsi yang kurang menarik untuk bahan baku biodiesel.
Ringgit, mata uang perdagangan minyak sawit, menguat tipis 0,05 persen terhadap dolar AS, sehingga membuat komoditas ini sedikit lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang asing. (Aldo Fernando)