MARKET NEWS

Harga Minyak Terus Menguat Ditopang Potensi Kesepakatan Dagang AS-China

Febrina Ratna Iskana 27/10/2025 09:40 WIB

Harga minyak terus menguat jelang pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping.

Harga Minyak Terus Menguat Ditopang Potensi Kesepakatan Dagang AS-China. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Harga minyak terus menguat jelang pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Presiden China Xi Jinping. Kedua pemimpin dengan ekonomi terbesar di dunia itu disebut-sebut mencapai kesepakatan dagang yang mendorong prospek permintaan energi dan mengangkat aset berisiko.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (27/10/2025), Brent naik di atas USD66 per barel, setelah reli hampir 8 persen pekan lalu. Sementara West Texas Intermediate mendekati USD62.

Para negosiator utama mengatakan mereka telah mencapai kesepakatan dalam berbagai hal, membuka jalan bagi Trump dan Xi Jinpimg untuk mencapai kesepakatan. Kedua pemimpin akan bertemu pada Kamis pekan ini.

Ancaman Trump untuk mengenakan tarif 100 persen atas barang-barang China "secara efektif tidak mungkin," kata Menteri Keuangan Scott Bessent kepada CBS News.

AS dan China merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia, dan langkah-langkah untuk meredakan ketegangan perdagangan kedua negara bakal berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi global.

Selain pertemuan Trump dan Xi Jinping, harga minyak rebound dari level terendah lima bulan pekan lalu setelah sanksi AS terhadap dua produsen minyak mentah terbesar Rusia membantu meredam kekhawatiran tentang peningkatan surplus global.

Penurunan impor kargo Moskow untuk pembeli utama, India dan China, diperkirakan meningkatkan permintaan untuk jenis minyak alternatif, sehingga menopang harga yang telah terdampak tahun ini akibat meningkatnya produksi dari aliansi OPEC+.

“Harapan akan tercapainya kesepakatan perdagangan AS-China dalam waktu dekat merupakan nilai tambah bagi sentimen ekonomi dan permintaan minyak, hal ini menjadi faktor utama premi risiko Rusia pagi ini,” kata pendiri firma analisis pasar Vanda Insights yang berbasis di Singapura, Vandana Hari.

“Namun, saya perkirakan kondisi kelebihan pasokan akan membatasi kenaikan. Brent mungkin kembali ke zona nyamannya di kisaran USD60-an,” tambahnya.

Rencana pemerintah AS dalam memberikan sanksi kepada Rosneft PJSC dan Lukoil PJSC, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk memaksa diakhirinya perang di Ukraina, merupakan upaya mempersulit, mempermahal, dan mempertinggi risiko perdagangan Rusia, namun tanpa memaksakan guncangan pasokan mendadak yang dapat melonjakkan harga global, menurut para pejabat yang mengetahui masalah ini.

Sejauh ini, kilang-kilang di India mengatakan mereka memperkirakan arus minyak dari Rusia akan turun mendekati nol, sementara perusahaan kilang di China menghentikan beberapa pembelian.

(Febrina Ratna Iskana)

SHARE