MARKET NEWS

Harga Minyak Terus Tertekan Pasca OPEC+ Pangkas Produksi 2 Juta Barel per Hari

Maulina Ulfa - Riset 01/12/2023 12:30 WIB

Harga minyak tertekan pada perdagangan Jumat (1/12/2023). Pelemahan harga minyak dunia terjadi pasca pertemuan OPEC+ pada Kamis (30/11).

Harga Minyak Terus Tertekan Pasca OPEC+ Pangkas Produksi 2 Juta Barel per Hari. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak masih tertekan pada perdagangan Jumat (1/12/2023). Pelemahan harga minyak dunia terjadi pasca pertemuan organisasi eksportir minyak OPEC+ pada Kamis (30/11).

Harga minyak mentah Brent melemah 0,62 persen di level USD80,36 per barel dan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 0,23 persen di level USD75,78 per barel, berdasarkan data Trading Economics per pukul 10.43 WIB. (Lihat tabel di bawah ini.)

Penurunan harga minyak hari ini memperpanjang penurunan dari sesi sebelumnya dan menghadapi tekanan dari skeptisisme terhadap pengurangan produksi minyak secara sukarela oleh produsen OPEC+ untuk kuartal pertama tahun depan. Dalam sebulan, harga minyak Brent sudah tertekan 6,81 persen dan WTI turun 7,76 persen.

Saat OPEC+ mengadakan pertemuannya pada Kamis, para delegasi OPEC+ Sepakat Pangkas Produksi 2 Juta Barel per Hari

Dilansir dari Reuters, anggota OPEC+ melakukan pertemuan secara online pada Kamis (30/11/2023) untuk membahas kebijakan pasokan.

Setelah pertemuan, harga minyak global turun sekitar 2 persen. Harga tertekan karena pemangkasan produksi bersifat sukarela dengan jumlah yang lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya.

"Reaksi pasar menyiratkan ketidakpercayaan pada keampuhan pemangkasan ini," kata analis JP Morgan, Christyan Malek.

Arab Saudi diperkirakan akan memperpanjang pemotongan sukarela sebesar 1 juta barel per hari.

Sementara itu, Brasil akan bergabung dengan aliansi tersebut tahun depan dan berencana meningkatkan produksinya menjadi 3,8 juta barel per hari.

Perkembangan ini terjadi di tengah kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan dan kondisi ekonomi global yang menantang yang berkontribusi terhadap melemahnya pasar minyak baru-baru ini.

Kartel minyak bumi tersebut terus memotong output untuk menjaga harga. Beberapa bulan terakhir, Arab Saudi, pemimpin de-fakto OPEC, memangkas produksi secara sukarela sebesar 1 juta bph.

Harga minyak global sempat melonjak tahun lalu akibat invasi Rusia di Ukraina. Namun, harga terus melemah sepanjang 2023 karena lesunya permintaan.

Bulan lalu, Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan perlambatan pertumbuhan permintaan pada 2024. Pelemahan disebabkan berakhirnya booming pasca-pandemi, peningkatan efisiensi energi, perluasan armada kendaraan listrik, dan faktor struktural yang kembali menguat.

Pertemuan OPEC+ bertepatan dengan pembukaan konferensi iklim COP28 yang diselenggarakan oleh anggota OPEC, Uni Emirat Arab.

Sementara rilis laporan terbaru dari Badan Energi Internasional (IEA) minggu ini menyerukan untuk pengurangan secara cepat terhadap investasi dan produksi minyak dan gas, dan beralih ke sumber energi alternatif untuk membantu mempercepat transisi energi.

Mengutip data Statista, permintaan minyak mentah global pada 2022 mencapai 99,57 juta barel per hari dan diproyeksikan meningkat menjadi 101,89 juta barel per hari pada tahun ini.

Permintaan minyak mentah sempat mengalami penurunan pada 2020 disebabkan oleh dampak ekonomi dan mobilitas akibat pandemi virus corona, termasuk penutupan akses (lockdown) yang meluas di seluruh dunia.

Jika dibandingkan, angka permintaan minyak harian pada dekade 2010 mencapai sebesar 84,8 juta barel dan menunjukkan bahwa terjadi lintasan peningkatan permintaan yang terjadi dalam satu dekade terakhir.

Minyak masih menjadi sumber energi utama perekonomian global. OPEC memproyeksikan permintaan produk minyak global akan mencapai 109,8 juta barel per hari pada 2045, dengan bahan bakar transportasi seperti bensin dan solar diperkirakan akan tetap menjadi produk yang paling banyak dikonsumsi.

Permintaan bahan bakar solar dan gas diperkirakan mencapai 30,1 juta barel per hari pada 2045, naik dari 27,6 juta barel pada 2021. Sementara permintaan bensin diperkirakan sebesar 27,6 juta barel pada 2045. (ADF)

SHARE