MARKET NEWS

Harga Minyak Tetap Loyo, Upaya OPEC+ Kontrol Harga Gagal?

Maulina Ulfa - Riset 26/04/2023 09:26 WIB

Harga minyak mentah menetap di kisaran harga rendah pada Selasa, (25/4) di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi yang mengancam permintaan.

Harga Minyak Tetap Loyo, Upaya OPEC+ Kontrol Harga Gagal? (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak mentah menetap di kisaran harga rendah pada Selasa, (25/4) di tengah kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi yang mengancam permintaan.

Minyak turun 2% setelah naik pada dua sesi sebelumnya. Minyak mentah Brent turun USD1,96, atau 2,4%, menjadi menetap di USD80,77 per barel. Ini menjadi penutupan terendah sejak 31 Maret, sebelum OPEC mengumumkan rencana untuk memangkas produksi.

Minyak mentah antara West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,69, atau 2,2%, ditutup pada USD77,07, yang juga terendah di bulan ini. Sementara pada Senin, (24/4) kedua kontrak minyak mentah sempat naik lebih dari 1%.

Adapun memasuki hari ini, harga minyak sempar menguat tipis di awal perdagangan Asia pada Rabu (26/4) setelah laporan penurunan stok minyak mentah AS yang signifikan menjelang rilis data pemerintah.

Minyak mentah Brent naik 16 sen, atau 0,2%, menjadi USD80,93 per barel dan minyak mentah WTI naik 25 sen, atau 0,3%, menjadi USD77,32 per barel.

Stok minyak mentah AS turun sekitar 6,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 21 April, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada Selasa, (25/5). Sementara para analis memperkirakan persediaan minyak mentah telah turun sekitar 1,5 juta barel.

Persediaan bensin juga turun minggu lalu, sementara persediaan minyak sulingan naik. Adapun data stok resmi dari pemerintah AS akan dirilis hari ini, Rabu (26/4).

Jika dilihat, kondisi volatilitas harga minyak yang semakin sulit untuk mendekati level USD100 per barel ini mengindikasikan upaya pemotongan produksi yang sempat disuarakan OPEC+ masih belum sepenuhnya berdampak.

Secara keseluruhan, harga minyak mentah menetap lebih rendah lebih dari 2% sepanjang Selasa setelah kepercayaan konsumen AS turun ke level terendah sembilan bulan pada April dan menimbulkan kekhawatiran tentang resesi.

Beberapa hal lain yang tengah menjadi kekhawatiran pasar adalah laporan terbaru First Republic Bank, yang mencatatkan kehilangan simpanan lebih dari USD100 miliar dan memicu kekhawatiran akan potensi krisis perbankan lanjutan.

Investor juga tengah khawatir terkait potensi kenaikan suku bunga baru oleh bank sentral yang berpotensi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa.

The Federal Reserve (The Fed), Bank of England dan Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan lanjutan di mana The Fed akan melakukan pertemuan 2-3 Mei mendatang.

Sementara lonjakan dolar pada perdagangan Selasa, (25/4) juga membebani sentimen hanya sehari jelang data persediaan minyak mentah AS yang baru.

Dolar naik di tengah kekhawatiran yang mendalam tentang laporan pendapatan perusahaan terbaru dan kondisi ekonomi global. Dolar yang lebih kuat menekan permintaan minyak dengan membuat komoditas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Harga emas juga datar karena dolar menguat, sementara beberapa saham Wall Street AS juga tercatat menurun karena kinerja laba beberapa perusahaan yang lemah yang semakin memperbesar kekhawatiran akan kondisi ekonomi.

Ini menunjukkan bahwa pasar lebih berkonsentrasi pada faktor-faktor makro dan kebijakan pengetatan moneter yang akan segera diumumkan. (ADF)

SHARE