Harga Minyak Turun Lagi, Tersengat Sentimen Pelemahan Data Ekonomi AS
Setelah melewati minggu yang dramatis, harga minyak kembali anjlok pada hari Kamis (6/4).
IDXChannel - Setelah melewati minggu yang dramatis, harga minyak kembali anjlok pada hari Kamis (6/4). Didorong karena pembacaan data ekonomi Amerika turun yang lemah.
Kondisi ini semakin menimbulkan kekhawatiran atas potensi resesi global dan pengurangan permintaan.
Sebelumnya, harga minyak terkerek di atas 6% setelah OPEC+ mengumumkan pengurangan produksi lebih lanjut dan kondisi stok minyak AS yang turun.
Minyak mentah berjangka Brent turun 0,36%, menjadi USD 84,66 per barel pada Kamis (6/4) pukul 14.30 WIB. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga diperdagangkan turun 0,47%, menjadi USD80,23 per barel.
Brent dan WTI sama-sama naik sekitar 6% sepanjang minggu ini, menuju kenaikan tiga minggu berturut-turut setelah anggota OPEC dan sekutunya termasuk Rusia yang tergabung dalam OPEC+, menjanjikan pengurangan produksi sukarela.
"Reli minyak mentah berhenti karena melawan hambatan yang diciptakan oleh data ekonomi yang lemah. Ini mengimbangi fundamental yang lebih positif," kata ANZ Research dalam sebuah catatan.
Data terbaru sektor jasa AS melambat lebih dari yang diharapkan pada Maret. Ini karena permintaan mendingin, sementara ukuran harga yang dibayarkan oleh bisnis jasa turun ke level terendah dalam hampir tiga tahun. Kondisi ini memberi dorongan bagi The Federal Reserve (The Fed) untuk menarik rem suku bunga dalam melawan inflasi.
Kondisi ini didukung oleh data lapangan pekerjaan AS di bulan Februari turun yang juga ke level terendah dalam hampir dua tahun. Ini juga menunjukkan pasar tenaga kerja sedang mendingin.
Banyaknya data ekonomi AS yang lemah ini memperburuk sentimen pasar, memicu kekhawatiran resesi dan mendorong investor untuk mengadopsi strategi penghindaran risiko.
Indeks dolar AS sempat rebound dari level terendah dua bulan baru-baru ini. The greenback sempat naik 0,14% di level 102,01 pada hari ini, sebelum kembali di level 101,54 di sesi sebelumnya.
Di awal perdagangan Kamis, (6/4), the greenback tampil lebih kuat dan dapat mengurangi permintaan minyak karena minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
"Perlambatan prospek ekonomi AS membebani kenaikan harga minyak AS, namun kami terus memperkirakan kenaikan harga minyak lebih lanjut hingga akhir kuartal," ujar Baden Moore dan Adam Skelton, analis dari National Australia Bank, dalam sebuah catatan.
Selain itu, diketahui Arab Saudi, sebagai eksportir utama minyak dunia, menaikkan harga minyak mentah untuk pembeli Asia selama tiga bulan berturut-turut.
"Ini menunjukkan penguatan lebih lanjut dalam permintaan di kawasan ini," kata Riset ANZ.
Sementara itu, persediaan minyak mentah AS turun 3,7 juta barel pekan lalu, sekitar 1,5 juta barel lebih banyak dari perkiraan, menurut data pemerintah.
Stok bensin dan minyak sulingan AS juga turun lebih dari yang diperkirakan, masing-masing sebesar 4,1 juta barel dan 3,6 juta barel. (ADF)