IDXChannel - Kabar mengejutkan datang di akhir pekan lalu di mana negara-negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC+ mengumumkan pemangkasan produksi pada 2023. Tak tanggung-tanggung, pemangkasan ini akan menargetkan sebesar 1,1 juta barel.
Pasar merespons dengan langsung melonjaknya harga minyak mentah. Harga minyak melonjak di awal perdagangan Asia pada Senin (3/4), setelah OPEC+ berupaya menstabilkan pasar yang dilanda kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi dan potensi krisis perbankan.
Mengutip Investing, minyak Brent berjangka (futures) melonjak lebih dari 6,2% atau sekitar USD5 menjadi USD84,19 per barel. Ini menjadi level terkuat minyak dalam hampir sebulan. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 6,3% atau USD4,8 menjadi USD80,45 per barel.
Saham Energi Kompak Menguat
Di pasar saham, bursa Eropa menghijau pada pembukaan perdagangan Senin, (3/4) yang dipimpin oleh kenaikan saham perusahaan minyak memimpin. Reli saham energi ini adalah efek dari lonjakan harga minyak mentah menyusul pengumuman pemangkasan produksi OPEC+.
Pada jam 9 pagi waktu setempat atau Senin siang waktu Indonesia (2/4), indeks DAX di Jerman diperdagangkan 0,1% lebih tinggi, sementara CAC 40 di Prancis naik 0,4%, dan FTSE 100 di Inggris naik 0,7%.
Pengumuman OPEC+ yang tak terduga ini telah membantu perusahaan minyak dan gas (migas) besar di kawasan ini, seperti Shell (SHEL), BP (BP), TotalEnergies (TTEF), dan Eni (ENI) mencatatkan kenaikan sekitar 4 %.
Saham Shell naik 3,92%, sementara BP naik 4,22%. Perusahaan migas asal Prancis, TotalEnergies naik 4,1% dan ENI Italia naik 3,9%.
Sementara di bursa Wall Street, Saham energi dan penyedia layanan energi menguat tajam pada Senin karena lonjakan harga minyak.
Saham-saham perusahaan energi AS seperti Marathon Oil (MRO) ditutup naik lebih dari 9% dan memimpin kenaikan indeks S&P 500. Saham lainnya, Diamondback Energy (FANG) ditutup lebih dari 6% dan memimpin kenaikan di Nasdaq 100.
Selain itu, ConocoPhillips (COP) ditutup lebih tinggi dari 9%, APA Corp (APA) dan Hess Corp (HES) ditutup naik lebih dari 8%.
Ada juga Halliburton (HAL) yang ditutup lebih dari 7%, dan Schlumberger (SLB) ditutup lebih dari 6%.
Devon Energy (DVN) dan Exxon Mobil (XOM) juga ditutup menguat lebih dari 5%. Raksasa migas lainnya, Chevron (CVX) dan Occidental Petroleum (OXY) ditutup dengan kenaikan masing-masing lebih dari 4%. (Lihat grafik di bawah ini.)
Serangan buat Spekulan Minyak
Kebijakan pemangkasan produksi OPEC ini disebut sebagai upaya Arab Saudi, sebagai pemimpin OPEC, untuk ‘menghajar’ para spekulan minyak.
Mengutip Bloomberg, pengumuman mengejutkan itu ditujukan tepat pada satu audiens, yakni para spekulan yang bertaruh bahwa harga minyak akan turun.
Taktik ini pernah digunakan pertama kali oleh Menteri Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman pada 2020 lalu.
Ia ingin orang-orang di balik lantai bursa menjadi segelisah mungkin dan bersumpah siapa pun yang berjudi di pasar ini akan seperti berada di neraka.
Serangan terbaru OPEC+ pada para short seller ini lumayan berhasil. Pasar salah langkah dan minyak berjangka melonjak sebanyak 8%.
Namun OPEC+ juga disebut juga menebar jebakan pada konsumen dan ekonomi global yang memicu kekhawatiran tentang inflasi. Langkah ini juga mendorong taruhan pada kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Secara sederhana, short selling adalah transaksi jual beli saham atau komoditas, dimana seorang investor tidak memiliki saham atau komoditas untuk melakukan transaksi tersebut. Ini merupakan suatu teknik perdagangan yang kerap dilakukan oleh investor dengan tingkat risiko kerugian cukup tinggi.