Short selling adalah wujud dari transaksi yang dilakukan oleh investor menggunakan sistem meminjam saham. Tujuan dari meminjam dana tersebut, untuk menjual saham dengan harga lebih tinggi. Harapannya, investor tersebut dapat membelinya ketika harga saham atau komoditas sedang turun.
Sebelumnya, minyak mentah Brent sempat turun ke level terendah dalam 15 bulan terakhir mendekati USD70 per barel karena krisis perbankan yang mengguncang AS dan pasar global.
Keputusan untuk menahan lebih dari 1 juta barel produksi minyak ini berlangsung cukup cepat dan dalam lingkaran yang sangat ketat.
Beberapa delegasi OPEC mengatakan mereka mengetahuinya hanya satu atau dua hari sebelum pengumuman. Dua pejabat mengatakan pada Bloomberg bahwa mereka benar-benar buta oleh keputusan tersebut.
Dampaknya semakin besar karena, menjelang pertemuan komite OPEC+ yang dijadwalkan pada Senin (3/4), Pangeran Abdulaziz berulang kali menyebut OPEC akan mempertahankan produksi stabil sepanjang tahun untuk menjaga pasar tetap stabil.
Namun, para delegasi menunjuk ke data pasar tentang adanya upaya peningkatan short-selling.
Kemerosotan harga minyak akibat krisis perbankan pada akhir Maret, disebut membuat spekulan semakin liar dalam memprediksikan bearish harga minyak.
Meskipun ketakutan finansial mereda menjelang akhir bulan lalu, namun, Saudi disebut merasa gugup. Ini karena pengambilalihan Credit Suisse Group AG yang tergesa-gesa memicu kekhawatiran bahwa penularan keuangan dapat merusak ekonomi global dan harga minyak.
Ketika kerajaan semakin khawatir tentang kekuatan permintaan, muncul bukti bahwa pasokan minyak dalam posisi lebih dari cukup.
Pada akhir Maret, pipa ekspor utama dari Irak sempat dihentikan karena perselisihan hukum antara pemerintah daerah Kurdi dan Bagdad. Peristiwa ini sempat mengurangi pasokan minyak global sekitar 400.000 barel per hari.
Namun minyak mentah naik hanya 4%, yang memperkuat pandangan bahwa spekulan bearish menguasai pasar.
"Pasar telah menjadi arena bermain untuk para short-seller, dan OPEC+ ingin mengusir mereka, kata Amrita Sen, direktur riset di Energy Aspects Ltd., dalam wawancara televisi Bloomberg, Senin (3/4)
Pertarungan OPEC+ dengan short-seller juga memiliki implikasi politik. Ini membuat sebagian besar kelompok itu sejalan dengan Rusia, yang telah menginisiasi pemotongan produksi sepihak pada Februari dengan pengurangan 500.000 barel per hari sebagai pembalasan atas sanksi internasional batas harga.
Pembatasan tersebut belum sepenuhnya memiliki dampak terhadap harga minyak. Namun, dengan bergabungnya anggota OPEC+, Rusia akan merasa didukung.
Arab Saudi juga harus mempertimbangkan bagaimana keputusan itu akan mempengaruhi perpecahan dengan Washington.
Jika penghentian produksi membuat minyak mentah kembali di atas level USD100 per barel, ini akan membuat inflasi dan kenaikan suku bunga di AS terus membebani ekonomi global. (ADF)