MARKET NEWS

Harga Minyak Turun, Tenggat Trump untuk Rusia Redakan Kekhawatiran Pasokan

TIM RISET IDX CHANNEL 16/07/2025 07:10 WIB

Harga minyak dunia terkoreksi pada Selasa (15/7/2025) setelah Trump menetapkan tenggat waktu 50 hari bagi Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Harga Minyak Turun, Tenggat Trump untuk Rusia Redakan Kekhawatiran Pasokan. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak dunia terkoreksi pada Selasa (15/7/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan tenggat waktu 50 hari bagi Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina guna menghindari sanksi.

Hal ini meredakan kekhawatiran pasar akan potensi gangguan pasokan dalam waktu dekat.

Minyak Brent ditutup turun 0,7 persen, menjadi USD68,71 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) melorot 0,7 persen, ke level USD66,52 per barel.

"Fokus pasar memang tertuju pada Donald Trump. Sebelumnya muncul kekhawatiran bahwa ia akan langsung menjatuhkan sanksi ke Rusia, tapi sekarang diberi waktu 50 hari," ujar Analis Komoditas UBS, Giovanni Staunovo, dikutip Reuters.

"Kekhawatiran soal pengetatan pasokan dalam waktu dekat pun mereda. Itu isu utama saat ini,” imbuh Stauvono.

Harga minyak sempat menguat karena prospek sanksi, namun kembali turun setelah tenggat waktu tersebut memunculkan harapan bahwa sanksi bisa dihindari.

Namun, menurut analis ING, jika sanksi benar-benar diterapkan, itu akan mengubah secara drastis proyeksi pasar minyak.

"China, India, dan Turki merupakan pembeli terbesar minyak mentah Rusia. Mereka perlu menimbang manfaat dari harga diskon minyak Rusia dengan risiko terhadap ekspor mereka ke AS," kata ING.

Trump sebelumnya mengumumkan bantuan senjata baru untuk Ukraina pada Senin. Ia juga menyatakan pada Sabtu akan mengenakan tarif 30 persen terhadap sebagian besar impor dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus, selain peringatan serupa untuk negara lain.

Pengenaan tarif ini meningkatkan risiko perlambatan ekonomi global, yang dapat menekan permintaan bahan bakar dan menyeret harga minyak ke bawah.

Sementara itu, Brasil menyatakan berupaya mendorong AS untuk segera mencabut tarif 50 persen atas seluruh barang asal Brasil, meski tidak menutup kemungkinan meminta waktu tambahan untuk negosiasi, menurut Wakil Presiden Geraldo Alckmin.

Data yang dirilis Selasa menunjukkan ekonomi China melambat pada kuartal kedua, dan pasar bersiap menghadapi semester kedua yang lebih lemah seiring ekspor yang kehilangan momentum, penurunan harga, serta rendahnya kepercayaan konsumen.

Namun, Analis IG Tony Sycamore menyebut pertumbuhan ekonomi China masih di atas perkiraan berkat dukungan fiskal yang kuat dan percepatan produksi serta ekspor demi menghindari tarif AS.

"Data ekonomi China semalam cukup mendukung," kata analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn.

Di sisi lain, permintaan minyak global diperkirakan tetap sangat kuat hingga kuartal ketiga, menjaga keseimbangan pasar dalam jangka pendek, menurut Sekjen OPEC seperti dikutip media Rusia.

Dari sisi pasokan AS, stok minyak mentah naik 839.000 barel pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data American Petroleum Institute pada Selasa. Data resmi dari pemerintah AS dijadwalkan rilis Rabu. (Aldo Fernando)

>
SHARE