MARKET NEWS

Harga Nikel Anjlok 8 Persen, Saham ANTM-TINS Cs Dilego Investor

TIM RISET IDX CHANNEL 15/07/2022 09:51 WIB

Harga saham emiten tambang nikel merosot ke zona merah di awal perdagangan, Jumat (15/7/2022). Investor melego saham tersebut seiring anjloknya harga komoditas

Harga Nikel Anjlok 8 Persen, Saham ANTM-TINS Cs Dilego Investor. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Harga saham emiten tambang nikel merosot ke zona merah di awal perdagangan, Jumat (15/7/2022). Investor melego saham tersebut seiring anjloknya harga komoditas nikel kemarin.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.29 WIB, harga saham emiten milik pengusaha Kiki Barki PT Harum Energy Tbk (HRUM) anjlok 4,71% ke Rp1.415/saham.

Dalam sepekan, saham HRUM turun 5,33% dan dalam sebulan terjungkal 17,92%.

Di bawah HRUM, ada saham emiten BUMN PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang melorot 3,64% ke Rp1.590/saham, setelah kemarin anjlok 4,07% dan pada Rabu lalu turun 1,15%.

Dalam sebulan saham ANTM sudah turun 24,41%.

Sementara, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) turun 3,05% dan saham PT Timah Tbk (TINS) terkoreksi 1,52%.

Adapun, saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) terjungkal 4,17%.

Kemarin, harga nikel di London Metal Exchange (LME) anjlok 8,8% menjadi USD19.300 per ton, terendah sejak Desember tahun lalu. Selain nikel, logam lainnya, seperti timah turun 6,5% menjadi USD1.827.

Melansir Financial Post, harga logam industri turun tajam pada Kamis seiring pasar bersiap untuk kenaikan suku bunga acuan agresif oleh bank sentral AS, The Fed), yang berpotensi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan logam.

Selain itu, harga nikel terus menunjukkan pelemahan tanpa antisipasi bullish yang jelas dari pelaku pasar.

“Kita masih belum mencapai dasar (the bottom). Setidaknya dalam jangka pendek, saya memperkirakan harga masih akan rendah,” kata analis Commerzbank Daniel Briesemann kepada Financial Post.

Pertumbuhan ekonomi cenderung melambat secara global. Sedikitnya, lima bank sentral telah memperketat kebijakan moneternya dalam dua hari terakhir.

Sementara, di Cina, konsumen logam terbesar, pemerintah kembali berjanji untuk mendukung ekonomi tetapi permintaan logam melemah akibat kebijakan zero-COVID yang saat ini masih diberlakukan. (ADF)

SHARE