Harga Pulp Naik Secara Global, Begini Prospek Saham Produsen Kertas Sinarmas (INKP)
Emiten produsen kertas milik raksasa Sinarmas Group, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), menjadi perhatian analis di tengah pemulihan harga pulp global.
IDXChannel - Emiten produsen kertas milik raksasa Sinarmas Group, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), menjadi perhatian analis di tengah pemulihan harga pulp alias bubur kertas di tingkat global.
Harga pengapalan bubur kraft kayu keras yang diputihkan (BHK) pulp pada November 2024 meningkat sebesar 3,3 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
RHB Sekuritas Indonesia dalam risetnya mencatat faktor ini disebabkan tingginya permintaan dari China menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.
“Kami memperkirakan harga pulp BHK pada kuartal pertama 2025 akan mencapai USD560 per ton, sementara harga ekspor free-on-board dari Indonesia diprediksi berkisar USD520-540 per ton,” tulis RHB dalam riset bertajuk INKP: Prices Up On Seasonality, Lower China Output yang diterbitkan pada Rabu (15/1/2025).
Prospek Industri Kertas
Dalam riset RHB, sektor kertas global dinilai tengah menghadapi perubahan signifikan. Penutupan pabrik Shandong Chenming di China, yang memproduksi sekitar 5 juta ton kertas dan kemasan, menjadi salah satu faktor penggerak utama pasar.
Penurunan kapasitas ini dinilai membatasi pasokan global, memberikan ruang bagi peningkatan harga kertas dan pulp.
Namun, tantangan juga datang dari pembangunan fasilitas pulp terintegrasi di China. RHB mengamati dalam lima tahun ke depan, sekitar 4,5 juta ton fasilitas pulp baru akan dibangun untuk mendukung integrasi industri kertas di negara tersebut.
“Hal ini diperkirakan menekan permintaan pasar pulp,” kata dia.
Selain itu, tambahan kapasitas global sebesar 7,2 juta ton, termasuk proyek besar seperti Suzano’s Cerrado (2,55 juta ton) dan APP OKI (3 juta ton), dapat memberikan tekanan pada harga pulp secara keseluruhan.
Pembangunan fasilitas di China disebut menghadapi kendala daya saing akibat tingginya biaya impor kayu pulp. Data RHB mencatat cash cost produksi pulp di China mencapai USD362-424 per ton.
“Jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang hanya USD225-270 per ton,” tutr riset RHB.
Sebagai catatan, Shandong Chenming, yang memiliki kapasitas produksi Bleached Hardwood Kraft (BHK) sebesar 3 juta ton dan kertas & kemasan (p&p) sebesar 7 juta ton, terpaksa menghentikan produksi kertasnya pada 2024.
Perusahaan mengalami kerugian operasional mencapai USD29,6 juta pada 2023, sementara pada periode Januari-September 2024, kerugian tercatat sebesar USD8,6 juta.
Ditambah lagi, beban bunga yang tinggi sekitar USD230-240 juta per tahun semakin membebani neraca keuangan perusahaan tersebut.
Target Saham INKP
Lalu bagaimana dengan nasib IKNP di tengah keterbatasan pasokan kertas global? RHB Sekuritas memproyeksi pasokan kertas global yang terbatas justru menjadi peluang IKNP meningkatkan harga jual kertas, sehingga dapat berdampak terhadap kinerja keuangan perseroan.
Secara fundamental, RHB Sekuritas menilai INKP memiliki valuasi yang masih murah. Anggota bursa (AB) ini mematok target price-to-earnings ratio (P/E) INKP sebesar 9x pada 2025, yang berarti saham INKP berada pada diskon 33 persen dibandingkan dengan emiten sejenis.
Dari sisi kinerja, RHB menilai INKP mampu mengalihkan fokus dari ketergangungan pada pertumbuhan harga pulp, terhadap produk hilir.
“Sehingga memberikan harga yang lebih stabil dan pertumbuhan kinerja yang didorong oleh peningkatan volume,” tulis RHB Sekuritas.
Adapun RHB Sekuritas masih mempertahankan rekomendasi ‘BUY’ untuk saham INKP dengan target harga Rp13.625 per saham. Melihat harga saham perseroan saat ini, terhitung target ini relatif tinggi, sehingga berpotensi menghasilkan capital gain yang cukup signifikan.
Berdasarkan data bursa hingga penutupan Kamis (16/1), saham INKP naik 1,92 persen ke Rp6.650 per saham.
(Febrina Ratna Iskana)