MARKET NEWS

Harga Saham Meroket 113 Persen, Ternyata Emiten Ini Sering Defisiensi Modal Sejak 2005

TIM RISET IDX CHANNEL 02/09/2022 11:10 WIB

Investor tetap memburu saham BIMA kendati emiten ini ‘langganan’ punya ekuitas negatif.

Harga Saham Meroket 113 Persen, Ternyata Emiten Ini Sering Defisiensi Modal Sejak 2005. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Harga saham emiten produsen alas kaki PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA) berhasil naik lebih dari 100 persen dalam kurun waktu setahun terakhir. Investor tetap memburu saham BIMA kendati emiten ini ‘langganan’ punya ekuitas negatif.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (2/9/2022), pukul 10.59 WIB, harga saham BIMA berada di Rp284/saham. Dalam sebulan terakhir, saham ini naik 22,41% dan sejak awal tahun (ytd) melesat 15,45%.

Dibandingkan dengan posisi setahun lalu, saham BIMA sudah terbang 113,53%.

Apabila ditelisik, volume perdagangan saham BIMA terbilang ramai pada periode Agustus-September 2021. Kendati semenjak itu saham BIMA dalam tren menaik (dengan volatilitas cukup tinggi), volume perdagangan saham BIMA semakin surut.

Sebelumnya, BEI memasukkan saham BIMA ke dalam daftar pemantauan khusus mulai Jumat (2/9/2022).

Menurut pengumuman di website BEI, BIMA mendapatkan krieria efek dalam pemantauan khusus nomor 5. Artinya, perusahaan memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.

Dengan ini, BIMA bergabung dengan 134 saham emiten lainnya dalam daftar tersebut.

“Menunjuk Peraturan Nomor II-S tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus dan dalam rangka memberikan perlindungan kepada Investor terkait informasi fundamental dan/atau likuiditas Perusahaan Tercatat, dengan ini Bursa menetapkan Daftar Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus berlaku efektif pada tanggal 2 September 2022,” jelas BEI dalam keterangan tertulis, Jumat (2/9/2022).

Sering Defisiensi Modal

Sebelumnya, dalam rilis laporan keuangan per semester I 2022, pada Rabu lalu (31/8), BIMA mencatatkan ekuitas negatif sebesar Rp848,77 juta per 30 Juni 2022.

Padahal, pada 30 Desember 2021, BIMA masih membukukan ekuitas positif Rp9,37 miliar.

Secara historis, BIMA seringkali menanggung ekuitas negatif.

Berdasarkan penelusuran cepat IDX Channel di website perusahaan dan internet, setidaknya sejak 2005 (karena keterbatasan data di internet), perusahaan 15 kali memiliki defisiensi modal.

Bahkan, BIMA mengalami ekuitas negatif secara beruntun dalam periode 2005 sampai akhir 2018.

Perusahaan ini sempat mencatatkan ekuitas positif pada 31 Desember 2019, 31 Desember 2020, dan 31 Desember 2021.

Dari laporan laba rugi teranyar, BIMA mencatatkan pendapatan bersih Rp34,42 miliar pada semester I 2022, naik 100,55% secara tahunan (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Hanya saja, lantaran beban pokok dan beban operasional yang membengkak, perusahaan kembali membukukan rugi bersih Rp9,88 miliar dalam 6 bulan pertama 2022. Pada semester I 2021, rugi bersih perusahaan sebesar Rp19,43 miliar.

Sementara, per 30 Juni 2022, total aset perusahaan Rp243,83 miliar, didominasi liabilitas atau kewajiban yang mencapai Rp244,68 miliar. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

SHARE