MARKET NEWS

Hari Ini Saham Turun, Bagaimana Jeroan 4 Emiten Big Cap Ini?

Aldo Fernando - Riset 02/06/2022 15:54 WIB

Kendati harganya melorot, kinerja fundamental emiten big cap tersebut tergolong positif.

Hari Ini Saham Turun, Bagaimana Jeroan 4 Emiten Big Cap Ini? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Sejumlah harga saham emiten utama (big cap) melemah seiring terkoreksinya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada lanjutan sesi II perdagangan Selasa (2/6/2022). Kendati harganya melorot, kinerja fundamental emiten big cap tersebut tergolong positif.

Untuk menyebut beberapa, ada dua saham bank BUMN PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), saham farmasi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), dan saham konglomerasi Grup Astra PT Astra International Tbk (ASII).

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 14.00 WIB, harga saham BBNI turun 2,72%, BBRI merosot 3,02%, SIDO anjlok 3,43%, dan ASII melemah 0,34%.

Satu jam sebelum penutupan, IHSG sendiri turun ke zona merah hingga minus 0,20% ke posisi 7.133,12.

Pada penutupan, IHSG turun tipis 0,247 poin ke 7.148,72 dengan nilai transaksi Rp20,55 triliun dan volume perdagangan mencapai 24,99 miliar saham.

Mari kita simak secara lebih rinci masing-masing keempat saham tersebut.

BBNI

Dari harga saham, merosotnya saham BBNI siang ini melanjutkan pelemahan sejak Selasa lalu (31/5) yang sebesar 0,27%. Dalam sepekan, harga saham ini turun 2,20%, sedangkan dalam sebulan melemah 5,08%.

Namun, saat ini, harga saham BBNI masih dalam fase menaik (uptrend). Ini setidaknya terlihat dari kinerja sejak awal tahun (ytd), harga saham BBNI sudah melonjak 59,64%.

Kemudian, secara teknikal, dengan menggunakan indikator rerata pergerakan harga saham (moving average/MA) dengan grafik harian, harga saham BBNI (Rp 8.875/saham)saat ini mendekati MA terdekat (MA20; pergerakan harga rerata 20 hari terakhir) yang di level 8.880.

Sementara, saham BBNI masih berada di atas MA50 (8.580) dan di MA200 (7.369) yang masih menjadi level support selanjutnya bagi saham BBNI. Dengan sembari melihat indikator teknikal lainnya, saham BBNI perlu bertahan di atas MA20 (dan selanjutnya MA50) untuk melanjutkan tren kenaikannya.

Secara valuasi, menilik, misalnya rasio price to book value (PBV), saham BBNI saat ini diperdagangkan di 1,33 kali di atas nilai buku per sahamnya. Angka ini lebih tinggi tinimbang rerata PBV dalam 5 tahun belakangan yang sebesar 1,23 kali.

Dari sisi kinerja, BNI berhasil mencatatkan kinerja positif pada kuartal I 2022 dengan meraih laba bersih perseroan Rp3,96 triliun, tumbuh 63,2 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Adapun pencapaian laba bersih BNI ini didapatkan dari pendapatan operasional sebelum pencadangan (PPOP) yang tumbuh 7,3 persen yoy menjadi Rp 8,5 triliun.

BBRI

Kemudian, BBRI yang melemah 3,02% setelah sempat melesat 4,51% pada Selasa lalu. Kendati cukup fluktuatif, sejak awal tahun, tren kenaikan saham BBRI cenderung menaik. Secara persentase, kenaikan ytd mencapai 9,49%.

Secara teknikal via grafik harian, lantaran fluktuatif, harga saham BBRI saat ini (Rp4.510/saham) masih berada di bawah MA20 (4.533) dan MA50 (4.513). Namun,  BBRI masih berada di atas MA200 yang menjadi salah satu level support utama (4.299).

Apabila menilik rasio valuasi dengan menggunakan PBV, saham BBRI diperdagangkan di angka 2,50 kali nilai buku per sahamnya dan sedikit di bawah rerata PBV selama 5 tahun belakangan (2,52 kali).

BRI sendiri punya rapor keuangan yang cemerlang. BRI berhasil mencetak laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp12,22 triliun pada kuartal I-2022. Laba bersih tersebut naik 78,13 persen secara tahunan dari sebelumnya Rp 6,86 triliun.

Secara bank only, laba bersih BRI tercatat senilai Rp 10,90 triliun hingga Maret 2022, naik 63,37 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 6,67 triliun.

Kenaikan laba bersih itu turut meningkatkan nilai laba bersih per saham dasar BBRI menjadi Rp 80 per saham dari sebelumnya Rp 56 per saham.

Sementara itu, total aset BRI sampai dengan kuartal pertama tahun ini mencapai Rp1.650,28 triliun, mengalami kenaikan 8,99 persen secara tahunan.

Hingga Maret 2022, BRI tercatat menyalurkan kredit senilai Rp 1.075,93 triliun hingga 31 Maret 2022, naik 7,43 persen yang didominasi oleh penyaluran kredit di sektor UMKM sebesar 83,95 persen.

SIDO

Selanjutnya, harga saham SIDO saat ini (Rp995/saham) masih berada di bawah harga level tertinggi Rp 1.050 per saham pada 17 Maret 2022. Kendati fluktatif, mirip dengan BBRI di atas, saham SIDO masih dalam tren menanjak atawa uptrend.

Sejak awal tahun (ytd) saham ini naik 15,03% dan dalam setahun terakhir melesat 27,72%. Sementara, dalam 3 tahun belakangan saham SIDO melonjak 98,52%.

Menilik secara teknikal, saham SIDO saat ini berada di 3 indikator MA utama seperti disebutkan di atas. Dalam jangka pendek, saham SIDO masih harus menguji level MA20 (958) dan MA50 (954) sebagai level support  untuk menentukan arah selanjutnya.

Beralih ke fundamental, dengan menggunakan price to earnings ratio (PER), apabila mengacu pada rule of thumb 10 kali, valuasi saham SIDO terbilang premium seiring dengan kinerjanya yang positif. PER SIDO siang ini berada di 23,31 kali.

Secara historis, angka PER tersebut sedikit di bawah rerata PER 5 tahun SIDO yang berada di angka 23,81 kali. Namun, apabila dibandingkan dengan rasio industri (25,75x) rasio PER SIDO tergolong lebih rendah.

SIDO sendiri mencatatkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih. SIDO berhasil membukukan penjualan sebesar Rp880,49 miliar sepanjang kuartal I-2022.

SIDO membukukan penjualan sebesar Rp880,49 miliar pada kuartal I-2022. Penjualan tersebut tumbuh 10,97 persen dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp793,41 miliar.

SIDO juga turut mencatatkan beban pokok penjualan Rp398,67 miliar selama tiga bulan pertama 2022 atau tumbuh 15,39 persen dari periode sama dengan tahun sebelumnya. Dengan demikian laba bruto naik 7,56 persen menjadi Rp481,82 miliar pada kuartal I-2022.

Peningkatan kinerja SIDO di kuartal I-2022 didukung oleh pemulihan mobilitas masyarakat yang terdampak pada kenaikan permintaan produk-produk buatan SIDO dari dalam negeri.

ASII

Terakhir, saham  ASII yang melemah 0,34% ke Rp7.325/unit hari ini. Dalam jangka pendek, investor tampaknya mulai melakukan aksi ambil untung setelah saham ini menguat dalam 3 hari terakhir dengan total persentase kenaikan 3,49%.

Selama sepekan belakangan, saham ASII masih naik 2,45% dan dalam sebulan terkerek 3,90%. Demikian pula, sejak awal tahun (ytd), saham ASII masih uptrend dengan persentase 28,51%.

Kemudian, secara teknikal, saham ASII saat ini masih berada di atas 3 garis MA acuan (MA20 di 7.109, MA50 di 6.828, dan MA200 di 6.121) yang mengindikasikan tren penguatan belum berbalik arah.

Secara rasio valuasi, saham ASII saat ini berada di angka PER 12,71 kali atau lebih rendah dibandingkan PER rerata 5 tahun (13,93 kali).

Sementara, dengan rasio PBV, saham ASII diperdagangkan di posisi 1,65 kali atau lebih rendah tinimbang PBV rerata 5 tahun terakhir (1,91 kali).

Kinerja keuangan teranyar, laba ASII melonjak 83,99% secara tahunan (yoy) menjadi Rp6,86 triliun per 31 Maret 2022 atau kuartal I tahun ini.

Pertumbuhan laba bersih tersebut ditopang naiknya pendapatan bersih perusahaan sebesar 39,02% yoy menjadi Rp71,87 triliun. Segmen otomotif dan segmen  alat berat & pertambangan masih menjadi andalan perusahaan.

Pendapatan dari segmen otomotif mencapai Rp29,16 triliun dan dari alat berat & pertambangan mencapai Rp27,98 triliun per 31 Maret 2022. Kedua segmen tersebut masing-masing tumbuh 39,79% yoy dan 56,32% yoy. (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian saham berada di tangan investor.

SHARE