MARKET NEWS

Hartono dan Prajogo Terus Borong Saham Surya Internusa (SSIA)

Rahmat Fiansyah 10/08/2025 15:00 WIB

Dua konglomerat besar, keluarga Hartono dan Prajogo Pangestu terus berburu saham PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA)

Dua konglomerat besar, keluarga Hartono dan Prajogo Pangestu terus berburu saham PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA). (Foto: Dok. SSIA)

IDXChannel - Dua konglomerat besar, keluarga Hartono dan Prajogo Pangestu terus berburu saham PT Surya Internusa Semesta Tbk (SSIA). Pemilik Grup Djarum, Budi dan Michael Hartono saat ini masih memimpin perburuan.

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), entitas Grup Djarum, yakni PT Dwimuria Investama Andalan (DIA) kembali melakukan akumulasi saham SSIA pada pekan ini. 

Dalam sepekan terakhir, DIA memborong 5,45 juta saham SSIA. Saat ini, porsi saham SSIA milik Hartono mencapai 477,82 juta saham atau setara 10,15 persen dari total saham yang tercatat di Bursa Efek.

Sementara itu, Prajogo lewat HPAM Cap Fund juga tak mau ketinggalan dengan membeli 7,3 juta saham SSIA, lebih besar dari yang dibeli Djarum pada pekan ini.

Kendati demikian, porsi saham SSIA yang dikuasai Prajogo lebih sedikit dibandingkan yang dimiliki Hartono. Prajogo kini memiliki 315 juta saham SSIA atau setara 6,69 persen.

Di tengah masuknya dua konglomerat besar, sejumlah direksi melakukan aksi jual saham SSIA. Wakil Presiden Direktur Surya Internusa, The Jok Tung melepas 5,58 juta saham sementara Direktur Wilson Effendy melego 492 ribu saham perseroan.

The Jok Tung kini menyisakan 2,2 juta saham SSIA. Sementara Wilson masih memiliki 2,34 juta saham SSIA. Di jajaran direksi, masih ada nama Presiden Direktur, Johannes Suriadjaja yang menggenggam 16,72 juta saham dan Direktur Sonny Satia Negara sebanyak 3,29 juta saham.

Sementara itu, Analis Trimegah Sekuritas, Albert Jonah Kusuma menggunakan karya klasik China Zaman Tiga Kerajaan sebagai metafora perebutan SSIA. 

Dalam riset bertajuk "Romance of The Three Kingdom", SSIA kini tengah diperebutkan oleh dua pemegang saham baru, Grup Djarum dan Grup Barito dan pemegang saham lama, yakni Arman Investments Utama (8,52 persen), Intrepid Investments Ltd (8,2 persen), dan PT Persada Capital (7,85 persen). Pemegang saham lama belum melepas saham SSIA di tengah kabar masuknya dua taipan.

"Penguasa lama yang selama bertahun-tahun menjadi tulang punggung SSIA  kini tengah menjaga legacy mereka dengan penuh keyakinan sekaligus mempertahankan posisinya dengan kuat," katanya dalam riset yang dirilis 15 Juli 2025.

"Dengan berubahnya peta kepemilikan, mereka bisa saja memperkuat kepemilikan saham dengan membentuk koalisi dan mempertahankan pengaruh, atau mereka bisa melakukan divestasi strategis dan membuka ruang negosiasi dengan pemegang saham baru," ujar Albert.

Menurut Albert, SSIA pantas diperebutkan karena memiliki portofolio yang strategis. Di segmen properti, perseroan memiliki kawasan industri dengan luas lebih dari 2.600 hektare (ha).

"Lokasinya strategis dekat Pelabuhan Patimban, jaringan tol Trans Jawa, Bandara Kertajati, dan rencana Kereta Cepat Jakarta-Surabaya," katanya.

Dengan portofolio ini, aset-aset milik Surya Internusa semakin matang dan membuka peluang untuk dimonetisasi. Dia pun menghitung RNAV SSIA pada 2025 mencapai Rp3.300 per saham.

Valuasi tersebut mencakup kawasan industri (Rp9,44 triliun), properti investasi (Rp4,06 triliun), jasa konstruksi (Rp430 miliar), dan kas setelah dikurangi utang (Rp1,7 triliun).

>

(Rahmat Fiansyah)

SHARE