IHSG Bisa Tembus Level 8.100, Ini Bocoran Saham Potensi Cuan Luber di 2024
Mirae Asset Indonesia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menembus level 8.100 pada 2024.
IDXChannel - Mirae Asset Indonesia memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menembus level 8.100 pada 2024. Level tersebut diperkirakan tercapai pada semester II tahun depan.
“Kami memprediksi nilai wajar IHSG berada pada kisaran 8.100 pada semester kedua, setelah pelonggaran kebijakan moneter dan kejelasan hasil pemilu putaran kedua,” kata Head of Research Team Mirae Asset Sekuritas, Robertus Hardy dalam Media Day di Jakarta pada Kamis (14/12/2023).
Robertus mengungkapkan, potensi penguatan indeks saham utama domestik tersebut didukung oleh beberapa faktor, yaitu besarnya potensi pelonggaran kebijakan moneter bank sentral global, sehingga dapat memicu iklim investasi yang positif, baik untuk pasar saham maupun pasar obligasi.
Dia juga menilai, kondisi itu menjadi peluang untuk memilih strategi investasi yang lebih agresif.
Menjelang akhir 2023, Robertus memprediksi, IHSG masih memiliki potensi penguatan pasar signifikan, akibat aksi mempercantik portofolio oleh investor besar alias window dressing akhir tahun atau biasa disebut Santa Claus Rally terutama pada beberapa saham unggulan (blue chip).
“Saham-saham unggulan tersebut dinilai masih memiliki valuasi yang cukup menarik untuk kembali diakumulasi,” ujar Robertus.
Robertus menilai, sektor teknologi digital akan menjadi salah satu sektor yang prospektif tahun depan, bersama dengan sektor perbankan, telekomunikasi, otomotif, logistik, dan sektor lain yang terkait dengan konsumsi.
Beberapa dari saham tersebut adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
Robertus menjelaskan, ASII memiliki valuasi rasio harga saham per laba (P/E) yang terus turun mendekati level Maret 2020 meskipun valuasi profitabilitas keuntungan ekuitas (ROE) yang meningkat.
Harga saham dan valuasi TLKM juga membaik dari sebelumnya yang turun tajam. Saham blue chip lain adalah EXCL, di mana valuasi rasio harga saham per nilai buku (P/BV)-nya sudah turun ke bawah 1x.
“Menurut kami, saham EXCL sudah cukup menarik, meskipun profitabilitas ROE tidak setinggi emiten lain di sektornya,” terang Robertus.
Meski demikian, Robertus mengatakan, EXCL memiliki rencana besar untuk mengonsolidasikan 750.000 pengguna jasa PT Link Net Tbk (LINK). Transaksi ini masih menunggu persetujuan regulator dan diharapkan selesai pada kuartal I-2024.
Selanjutnya, salah satu saham blue chip yang masih lagging dan menarik adalah AKRA, di mana rasio P/E perusahaan masih cenderung stagnan, meskipun profitabilitas ROE masih terus mengalami kenaikan.
Baru-baru ini, perusahaan logistik BBM itu telah menetapkan proyeksi pertumbuhan laba bersih mencapai 12%-15% secara tahunan pada 2024 mendatang yang ditopang oleh permintaan BBM dan kimia dasar dari Kawasan Indonesia Timur, terutama dari industri pemurnian-peleburan hasil tambang dan mineral (smelter).
“Selain itu, perseroan juga optimistis penjualan lahan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik (Jatim) akan mendukung kinerjanya,” pungkas Robertus
(FAY)