MARKET NEWS

IHSG Dalam Tekanan, Analis Bahas Fundamental Saham Tugu Insurance (TUGU)

taufan sukma 18/06/2024 17:12 WIB

di tengah dinamika yang terjadi di pasar, saham TUGU dinilai masih memiliki fundamental kinerja yang cukup menjanjikan.

IHSG Dalam Tekanan, Analis Bahas Fundamental Saham Tugu Insurance (TUGU) (foto: MNC Media)

IDXChannel - Di tengah tekanan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam beberapa pekan terakhir, ada satu emiten yang cenderung defensif, yaitu PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU).

Ditutup pada harga Rp1.010 pada perdagangan akhir pekan, Jumat (14/6/2024), saham TUGU bergerak pada rentang Rp1.025 sampai Rp1.275 sejak awal tahun (year to date). Puncak harga terjadi pada saat pengumuman mengenai dividen dengan imbal hasil total di 14 persen.

Namun demikian, di tengah dinamika yang terjadi di pasar, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Yazid Muammar, menilai bahwa saham TUGU masih memiliki fundamental kinerja yang cukup menjanjikan.

"Pertama, anak usaha Pertamina ini merupakan perusahaan asuransi yang terus tumbuh positif dalam tiga tahun terakhir. Penghimpunan premi bruto tercatat 13 persen secara CAGR (compounded annual growth rate) dalam periode 2021-2023," ujar Yazid, dalam keterangan resminya.

Berikutnya, total pendapatan meningkat rata-rata 12 persen secara CAGR. Menariknya, laba bersih melesat 99 persen secara CAGR, yang ditopang pada pendapatan satu waktu (one time revenue) dari kasus legal dengan Citibank pada 2023 lalu.

Dari sisi aset, TUGU mencatatkan rata-rata pertumbuhan pertahun 12%. Selain itu, ekuitas emiten secara konsolidasi meningkat rata-rata 8% pertahun dengan total Rp10,28 triliun pada akhir 2023. 

TUGU merupakan salah satu perusahaan asuransi umum dengan ekuitas terbesar di Indonesia. Hal ini mendorong TUGU memiliki Risk Based Capital 530 persen pada akhir 2023, yang mencerminkan tingkat kesehatan yang tinggi dan kemampuan menyerap risiko yang besar serta berpotensi untuk peningkatan bisnis yang lebih besar kedepannya.

"Secara fundamental, TUGU berhasil tumbuh positif karena fokus pada segmen korporasi sambil mengembangkan segmen ritel. Kekuatannya pada captive market Pertamina Group dan BUMN pada umumnya," tutur Yazid.

Selanjutnya, Yazid juga menyoroti soal histori dividen di perusahaan yang juga dikenal dengan nama Tugu Insurance tersebut. Yazid menilai perusahaan ini tergolong tinggi membagikan dividen setiap tahun.

Kebijakan dividen payout ratio dalam 3 tahun terakhir mencapai 40 persen. Dividen yield pada tahun keuangan 2023 mencapai 14 persen. Yield yang tinggi salah satunya disebabkan kapitalisasi pasar saat ini yang masih sangat rendah dibandingkan nilai buku ekuitasnya.

"Dengan imbal hasil pada 2023 tersebut, TUGU menjadi emiten dengan dividen yield terbesar pada kelompok asuransi maupun indeks IDXFinance," ungkap Yazid.

Sedangkan yang terakhir, Yazid menyatakan bahwa valuasi TUGU yang masih tergolong murah. Hal ini tercermin pada rasio price to book value (PBV) di kisaran 0,38x sampai 0,4x. PBV adalah rasio yang membandingkan antara posisi harga saham dengan book value atau nilai buku per saham dari sebuah emiten. 

Untuk melihat PBV mahal atau murah biasanya dengan melakukan komparasi terhadap peers, baik itu asuransi maupun finansial.

Untuk asuransi rata-rata PBV di kisaran 1x sementara untuk indeks IDXFinance di kisaran 1,5x sampai 2x. Dengan komparasi ini, saham TUGU cenderung masih murah dibandingkan asuransi lainnya, maupun finansial lainnya.

"Bila rasio wajar TUGU di PBV 0,8x sampai 1x, maka harga wajar TUGU di kisaran 2.120 sampai Rp2.750. Ini merupakan potensial upside dari saham TUGU," kata Yazid.

Dikatakan Yazid, TUGU memenuhi kriteria untuk beberapa tujuan investasi, seperti dividen, maupun value investing.

"Salah satu kelemahan TUGU bukan terletak di fundamentalnya, namun pada segmen industri asuransi yang cenderung belum menjadi favorit bagi investor saham," ujar Yazid. (TSA)

SHARE