MARKET NEWS

IHSG Melemah Digempur Sentimen The Fed dan Kasus Covid, Analis: Terseret Saham Energi

Advenia Elisabeth/MPI 17/06/2021 17:33 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi II perdagangan hari ini ditutup di zona merah 0,17% dan ditutup di level 6.068,447.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi II perdagangan hari ini ditutup di zona merah 0,17% dan ditutup di level 6.068,447. (Foto: MNC Media)

 IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada sesi II perdagangan hari ini ditutup di zona merah 0,17% dan ditutup di level 6.068,447. IHSG hari ini mengalami koreksi tidak terlalu dalam ditengah gempuran dari beberapa sentimen rencana suku bunga The Fed dan kenaikan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia.

Senior Research Analyst Infovesta, Praska Putrantyo mengatakan, IHSG hari ini relatif mengikut pada pergerakan bursa regional Asia dimana bukaannya relatif memerah dan masih berlanjut.

“Kita masih menunggu keputusan dari The Fed tadi malam dimana rencana The Fed yang tadinya naik di 2024, akan dimajukan lebih cepat di 2023 dan diperkiran terjadi kenaikan dua kali. Hal itu cukup wajar mengingat kondisi inflasi di Amerika Serikat relatif cukup terakselerasi pada per mei menembus secara year on year 45%,” ujar Praska pada 2nd Session Closing di IDX Channel, Kamis (17/6/2021).

Ia pun mengatakan, IHSG hari ini melemah karena terseret dari saham-saham energi yang terkoreksi 1,46%. Disamping itu, saham-saham kapitalisasi besar seperti unilever, dimana konsumen menyeretkan penerimaan sehingga memberatkan indeks melemah di sesi ke II perdagangan hari ini.

Pelemahan IHSG yang dikatakan tidak terlalu dalam, menurut Praska, level ini sudah bisa dikatakan terantisipasi. Sebab, keputusan nanti berjalan di tahun 2023, yang artinya masih memiliki waktu dua tahun lagi.

Kemudian, ia menuturkan, kondisi ini lebih dikendarai oleh naiknya laju inflasi dari Amerika Serikat. Namun koreksi tersebut sudah mengantisipasi dalam hal inflasi AS yang terus naik.  

Dengan begitu, dampak kepada market di pasar saham, sudah tidak lagi jadi sesuatu yang luar biasa menekan pasar. 

“Jadi investor lebih menunggu wait and see sembari menunggu lebih kepada bagaimana disamping rencana kenaikan tersebut tapi bagaimana realisasi dari ekonomi AS maupun global terutama domestic ditengah mulai meningkatnya kasus Covid-19,”terangnya.  (TIA)

SHARE