MARKET NEWS

IHSG Pekan Ini Diprediksi Masih Rawan Koreksi 

Anggie Ariesta 11/11/2024 05:46 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan masih diprediksi koreksi. Adapun indeks pada sepekan lalu ditutup di level 7.287 atau melemah 2,91 persen.

IHSG Pekan Ini Diprediksi Masih Rawan Koreksi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan ini masih diprediksi koreksi. Adapun indeks pada sepekan lalu ditutup di level 7.287 atau melemah 2,91 persen.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Dimas Krisna Ramadhani mengatakan, saat ini IHSG berada dalam fase downtrend untuk jangka pendek dengan momentum penurunan yang kuat. 

“Apabila melihat dari data foreign flow, IHSG berpotensi untuk terus melanjutkan penurunan hingga level 6.800-6.900 yang tidak harus langsung menuju ke level tersebut tentunya," kata Dimas dalam risetnya, Minggu (10/11/2024). 

Secara teknikal, lanjt Dimas, saat ini IHSG tertahan di MA50 weekly sehingga berpotensi untuk mengalami penguatan sementara dalam jangka pendek. Area support dan resistance IHSG saat ini berada di level 7.100 sebagai support dan 7.400 resistance. 

Ia menambahkan melihat pergerakan IHSG yang cenderung memiliki rentang support dan resistance yang lebar maka membaca pergerakan IHSG tidak semudah melihat dari sisi teknikal analisis jika ingin benar memprediksi pergerakan IHSG.

"Data foreign flow juga harus diperhatikan misal ketika IHSG mengalami kenaikan, apakah terjadi akumulasi dari investor asing atau justru melanjutkan distribusi sehingga hanya berupa mark up, seperti yang sering terjadi salah satunya pada Jumat kemarin," jelasnya.

Secara nyata pelemahan IHSG pada pekan lalu (4-8 November 2024) tergerus 2 top losers yakni IDX Technology dan IDX Property. IDX Technology melemah 5,3 persen dalam sepekan kemarin yang memang menjadi salah satu sektor yang mengalami koreksi terdalam, ketika indeks sedang downtrend.

Sektor teknologi akan mendapat sentimen positif, salah satunya ketika suku bunga acuan menurun karena akan memberikan alternatif sumber pendanaan yang lebih baik. Hal ini pun memberikan peluang penguatan sektor ini, ketika suku bunga atau BI rate mengalami penurunan, menyusul penurunan suku bunga yang lebih dulu dilakukan The Fed pada Jumat lalu. 

Sementara itu, IDX Property dalam sepekan kemarin turun sebesar 3,9 persen yang memang menjadi sektor yang paling akhir atau laggard pergerakannya dibandingkan pergerakan market keseluruhan. 

“Jika dilihat dari trend jangka panjangnya, sektor properti memang sudah bergerak sideways yang panjang, sehingga untuk bisa mulai bergerak uptrend untuk jangka menengah hingga panjang membutuhkan proses dan waktu yang panjang juga," jelasnya.

Untuk jangka pendek, lanjut Dimas, secara teknikal jelas sektor properti sudah breakdown dari support sehingga momentum kenaikan yang terjadi dalam 2 bulan terakhir sudah berubah tidak sekuat seperti yang terjadi dalam 2 bulan terakhir.

Mengulas tentang potensi market pada 11-15 November 2024, Dimas mengimbau para trader benar-benar mencermati sejumlah sentimen yang kemungkinan mempengaruhi pasar selama satu pekan kedepan. Pertama, inflasi tahunan AS bulan Oktober.

Pada Rabu ini pekan ini inflasi tahunan AS bulan Oktober diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 2,6 persen. 
Capaian ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 2,4 persen namun masih berada di dalam rentang yang sama dalam 3 bulan terakhir.

The Fed sendiri sudah lebih dulu menurunkan suku bunga acuannya pada Jumat lalu, dimana hal ini akan memengaruhi indikator inflasi untuk bulan berikutnya.

"Jika kita lihat dari target yang ditetapkan The Fed yaitu inflasi 2 persen di 2024 maka data inflasi Oktober apabila sesuai dengan konsensusnya masih sejalan untuk semakin mendekati target inflasi yang ditetapkan The Fed tersebut,” ujar Dimas. 

Kedua, PPI bulanan AS (Oktober). Sehari setelahnya inflasi AS juga rilis dari sisi produsen. PPI bulanan AS Oktober diprediksi mengalami kenaikan level 0,2 persen. Capaian bulan ini lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tidak mengalami kenaikan sama sekali dibanding bulan Agustus.

Seperti diketahui bahwa indikator ini sempat menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku pasar dan pemangku kebijakan, karena mengalami penurunan yang konsisten dalam beberapa bulan terakhir sehingga kekhawatiran akan kemungkinan perlambatan ekonomi AS bahkan resesi sempat ramai dibicarakan. 

“Akan tetapi, setelah kemenangan Trump dalam Pilpres kemarin, yang salah satu kebijakan ekonominya dalah menurunkan tarif pajak penghasilan dan usaha serta akan memperkuat posisi keuangan perusahaan di AS maka kekhawatiran terhadap terjadinya pelemahan atau resesi ekonomi AS sudah mulai surut,” pungkasnya. 

Berkaca pada kondisi market yang masih rawan koreksi, PT Indo Premier Sekuritas merekomendasikan 1 Reksa Dana Saham Power Fund Series yang berisikan saham-saham konsumer yang defensif dan 3 saham defensif untuk inspirasi trading pada minggu ini hingga Jumat, 15 November 2024.
1. Buy Reksa Dana Saham Premier ETF Indonesia Consumer (XIIC). 
2. Buy on Pullback INDF (Current Price: 7.700, Entry: 7.550, TP: 7.800, ST: 7.500)
3. Buy on Breakout BREN (Current Price: 6.875, Entry: 6.900, TP: 7.300, ST: 6.700)
4. Buy BRMS (Current Price: 450, Entry: 450, TP: 520, ST: 415)

SHARE