IHSG Sambut Momentum Positif Juni, Ditopang Stimulus dan Arus Modal Asing
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bergerak naik dengan kecenderungan menembus level resistance 7.300 pada Juni 2025.
IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bergerak naik dengan kecenderungan menembus level resistance 7.300 pada Juni 2025.
Menurut riset Kiwoom Research, penguatan ini didorong oleh kombinasi stimulus pemerintah, stabilitas nilai tukar, dan peluang masuknya dana asing.
Sejak awal Juni, pemerintah menggulirkan berbagai stimulus, mulai dari diskon tarif listrik dan transportasi, hingga bantuan sosial tunai dan pangan. Momentum libur sekolah dan diskon tol 20 persen juga diperkirakan mengerek konsumsi rumah tangga serta sektor transportasi dan pariwisata.
“Secara historis dari 2020, IHSG seringkali menghijau selama Juni,” ujar Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Liza Camelia Suryanata.
“Oleh karena itu, kali ini Kiwoom Research perkirakan hal tersebut masih bisa terwujud, dengan proyeksi IHSG akan bergerak sideways cenderung menguat pada Juni 2025, dalam rentang 7.000–7.300, dengan kecenderungan menembus resistance 7.300 apabila terus ditopang oleh net buy asing, stimulus domestik, dan stabilitas nilai tukar,” imbuhnya dalam riset bulanan.
Liza juga menuturkan, aktivitas window dressing menjelang akhir semester dan penyesuaian posisi investasi menjelang laporan keuangan kuartal II-2025 berpotensi menjadi dorongan tambahan bagi pasar.
Dari sisi moneter, penurunan bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dari 4,25 persen ke 4,00 persen menjadi sinyal positif bagi likuiditas perbankan. Turunnya imbal hasil deposito juga mendorong investor mencari peluang di saham dan reksa dana. Selain itu, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI Rate yang sudah dipangkas menjadi 5,50 persen memberi ruang tambahan bagi investor domestik untuk masuk.
Di sisi eksternal, para pelaku pasar memantau Komite Pasar Terbuka Federal di Amerika Serikat (AS) atau FOMC Meeting pada Juni–Juli. Nada dovish atau kemungkinan pivot Federal Reserve (The Fed) dapat memicu arus masuk dana asing, terutama jika pelemahan data ekonomi AS menekan dolar lebih jauh.
Liza menambahkan, rupiah sudah menguat ke kisaran Rp16.200 per USD, dengan peluang mencapai Rp16.000–Rp16.100 per USD jika tren dovish The Fed berlanjut. Ini akan menopang stabilitas pasar keuangan dalam negeri dan menjaga optimisme investor.
Sementara itu, sektor-sektor yang dinilai paling prospektif untuk Juni 2025 antara lain konsumsi dan ritel, transportasi dan pariwisata, perbankan, properti, serta teknologi. Sektor energi juga masih menjadi perhatian, seiring proyeksi jangka menengah yang positif meskipun harga komoditas berfluktuasi.
Kiwoom Research mengingatkan, potensi volatilitas dari tensi geopolitik global dan negosiasi tarif AS–China–Uni Eropa (UE) masih menjadi risiko yang patut diwaspadai. Namun, secara keseluruhan, Juni diperkirakan tetap menjadi bulan yang konstruktif bagi pasar saham Indonesia. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.