Inflasi AS Tembus 9,1 Persen Bikin Was-was, Wall Street Dibuka Anjlok
Pasca rilis inflasi Amerika Serikat melonjak 9,1 persen atau yang tertinggi selama 4 dekade, membuat tiga indeks utama Wall Street dibuka anjlok.
IDXChannel - Pasca rilis inflasi Amerika Serikat melonjak 9,1 persen atau yang tertinggi selama 4 dekade, membuat tiga indeks utama Wall Street dibuka anjlok pada perdagangan, Rabu (13/7/2022).
Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 0,96 persen di 30.684,18, S&P 500 (SPX) dibuka lebih rendah 1,41 persen di 3.765,40, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) meroost 1,80 persen, menjadi 11.060,07.
Tiga saham top gainers di S&P 500 yakni Twitter Inc sebesar 4,73 persen, Cottera Energy 2,32 persen, dan Clorox 2,05 persen. Sedangkan top losers antara lain Delta Air Lines turun 7,18 persen, Caesars merosot 5,42 persen, dan American Airlines.
Adapun limaa saham yang paling aktif ditransaksikan yakni Apple, Twitter Inc, American Airlines, AMD, dan NVIDIA.
Biro Statistik AS baru saja mengumumkan indeks harga konsumen / consumer price index (CPI) mengalami inflasi sebesar 9,1 persen (yoy) di bulan Juni 2022. Nilai tersebut meningkat dari bulan Mei sebesar 8,6 persen, yang tertinggi selama lebih dari 4 dekade.
Core CPI, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang bergejolak, turun tipis menjadi 5,9 persen pada periode yang sama sebesar 6 persen, meskipun masih melampaui perkiraan analis sebesar 5,8 persen.
Kenaikan inflasi turut serta melambungkan imbal hasil atau yield treasuri AS.
"Inflasi yang lebih tinggi akan memperjelas Federal Reserve harus menaikkan suku bunga," kata Analis Investasi, Aspiriant, Dave Grecsek, dilansir Reuters, Rabu (13/7/2022).
Pasar saat ini memperkirakan peluang naiknya suku bunga sebesar 100 basis poin dari The Fed pada akhir bulan ini. Ketika bank sentral bergerak secara agresif demi mengatasi inflasi, maka kekhawatiran di pasar modal meningkat, dan memicu aksi jual dalam Wall Street.
"Rencana The Fed sudah cukup jelas. Mereka akan terus menaikkan suku bunga jangka pendek dengan cepat. Jika kita melihat beberapa bulan lagi inflasi lebih besar dari yang diharapkan, maka mungkin saja itu bisa mengubah arah The Fed," tandas Dave. (RRD)