IDXChannel - Kinerja sejumlah bursa saham di dunia terpantau melorot menjelang pengumuman data ekonomi terbaru Amerika Serikat (AS), di mana para investor saat ini sedang harap-harap apakah inflasi akan kembali baik atau the Fed sukses menekannya.
Mulai dari bursa di kawasan Asia, indeks MSCI selain Jepang tercatat turun sebanyak 5,90 poin atau 1,15 persen pada perdagangan hari ini, di mana indeks kini berada di level 509,05.
Angka ini melorot jauh dibanding perolehan pada 14 Februari 2022 di mana indeks sempat menyentuh 731,48, sebelum akhirnya terus menjauh dan mulai mendekati angka psikologis 500 jelang akhir perdagangan hari ini.
Sementara, indeks Nikkei berakhir turun 0,5 persen setelah kehilangan angka hingga 2 persen pada hari sebelumnya. Sedangkan IHSG ditutup dengan koreksi 77,30 poin atau 1,15 persen ke level 6.640,99.
Bayangan resesi juga sudah menghantui sejumlah negara di Eropa, ditambah keputusan Korea Selatan dan Selandia Baru yang menetapkan suku bungan acuan menyusul potensi tingginya inflasi di AS.
Sementara itu, indeks DAX Jerman dan FTSEMIB Italia juga merosot lebih dari 1,2% di awal. FTSE London juga menyusul di belakang keduanya, sementara euro sedang terhuyung-huyung pada YSD1,0025 karena harga gas dan minyak kembali mengalami kenaikan.
"Pelemahan tajam harga minyak pada Juli menunjukkan bahwa (inflasi) Juni mungkin menandai puncaknya. Namun, jika demikian, fase pengetatan Fed yang paling dinamis dapat diakhiri dengan kenaikan suku bunga 75bps pada 27 Juli," kata analis di ANZ.
"Namun, ekspektasi kami adalah bahwa kekuatan yang mendasari inflasi inti dan suku bunga kebijakan riil yang masih sangat negatif berarti kenaikan suku bunga 50bps masih akan sesuai setelah musim panas."
Data pertumbuhan ekonomi Inggris memberikan kenaikan yang tidak terduga, medki demikian investor justru lebih fokus terhadap kemungkinan inflasi AS apakah bisa menuju angka 9% seperti yang ditakuti selama ini, kika terjadi maka akan jadi tertinggi sejak 1981.
"Pasar telah sedikit tertahan dalam hal paritas dalam euro-dolar tetapi kami masih memiliki jumlah yang luar biasa dari bagian yang bergerak," kata Kit Juckes Societe Generale, sembari menjelaskan semakin tinggi angka inflasi AS, semakin jelas bahwa Fed akan melanjutkan dengan kenaikan suku bunga.
Sebelumnya, the Fed sudah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin, menjadi yang sangat besar pada pertemuan terakhirnya, sekaligus sebagai langkah pertama dari skala itu sejak 1994.
"Jika itu (pembacaan inflasi tinggi) terjadi hari ini, itu bisa membuat pasar obligasi sedikit gugup lagi, membalikkan kurva imbal hasil AS lebih banyak dan mengirim euro secara meyakinkan melalui paritas," kata Juckes.
Imbal hasil obligasi milik pemerintah Jerman naik tipis menjadi 1,15%, setelah turun tajam selama dua hari, sementara Treasury AS 10-tahun berada di 2,97% karena IMF baru saja memangkas angka pertumbuhan AS.
Mata uang Euro, sudah terjun 11% sejak Januari dan kini hampir setara dengan dolar AS di USD1,0025, namun investor sedang memantau pada apakah kembali akan terperosok di bawah satu dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2002.
Kira-kira akan sebesar apa inflasi AS nanti setelah melonjak hingga 8,6 persen pada Mei 2022 lalu. Meski para ekonom telah memperkirakan akan kembali naik hingga 0,1 persen pada Juni, namun banyak pihak berharap inflasi akan mereda.
Untuk diketahui, Badan Statistik dan Tenaga Kerja AS akan mengumumkan data inflasi pada hari ini, sekitar pukul 19.30 Wib. (TYO)