Inflasi dan Tensi Geopolitik Bikin Pasar Saham Was-Was
Pasar saham global dihantui kekhawatiran soal meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan berkanjangnya inflasi Amerika Serikat (AS).
IDXChannel – Pasar saham global dihantui kekhawatiran soal meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah dan berkanjangnya inflasi yang bisa mengganggu ekspektasi pemangkasan suku bunga Amerika Serikat (AS) di 2024.
Melansir dari Reuters, Sabtu (13/4), indeks saham MSCI di seluruh dunia amblas 1,19 persen, penurunan satu hari terbesar dalam enam bulan terakhir, terseret oleh kinerja saham-saham AS.
“Kita dihadapkan pada kombinasi antara peningkatan risiko geopolitik, kekhawatiran inflasi, dan sedikit kekecewaan (laporan laba perusahaan AS),” kata Angelo Kourkafas, ahli strategi investasi senior di Edward Jones.
Kekhawatiran bahwa Iran mungkin akan membalas serangan udara terhadap kedutaan besarnya di Damaskus yang dituding dilakukan oleh Israel turut membayangi pasar, sehingga menopang pasokan minyak dan mendorong perpindahan aliran dana investasi ke emas dan aset safe-haven lainnya.
Israel tidak mengaku bertanggung jawab atas serangan udara pada 1 April tersebut.
Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Jumat bahwa ia memperkirakan Iran akan menyerang Israel “lebih cepat” dan memperingatkan Teheran untuk tidak melanjutkan tindakannya.
Ada "kekhawatiran bahwa mungkin ada serangan terhadap Israel oleh Iran," kata Kristina Hooper, kepala strategi pasar global di Invesco, dikutip Reuters.
“Risiko geopolitik telah mendorong banyak pergerakan [di pasar],” imbuhnya.
Prospek kebijakan suku bunga bank sentral juga menjadi fokus. Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis memberi isyarat bahwa pihaknya dapat mulai menurunkan suku bunga,
Sementara, angka inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan, yang dirilis pada Rabu, mengganggu spekulasi soal timing pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed) hingga akhir tahun ini.
Indeks dolar (DXY) naik 0,72 persen dan mencapai level tertinggi dalam lebih dari lima bulan.
“Kita punya [fokus terhadap] dolar, kekuatan suku bunga AS, itulah yang terjadi di sini,” kata Joseph Trevisani, analis senior di FX Street di New York.
Presiden The Fed Boston Susan Collins memproyeksikan sejumlah penurunan suku bunga tahun ini di tengah ekspektasi bahwa masih diperlukan waktu untuk mengembalikan inflasi ke tingkat yang ditargetkan oleh bank sentral AS tersebut.
Investor memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sekitar 48 basis poin (bps) tahun ini, lebih rendah dari taruhan para trader sebelumnya di awal 2024 yang memperkirakan pemangkasan suku bunga sekitar 150 bps.
Di sisi lain, harga minyak naik karena ketegangan di Timur Tengah.
Pada Jumat (12/4/2024), minyak jenis Brent sempat menguat ke atas USD92 per barel, sebelum ditutup naik 0,79 persen di USD90,45 per barel. Minyak Brent sudah melesat 19 persen selama 2024 seiring perang yang menambah risiko ke pasar.
Sementara, minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) sempat ke atas USD87 per barel, sebelum ditutup menguat 0,75 persen secara harian ke USD85,66 per barel pada Jumat.
Harga emas di pasar spot turun 1,24 persen ke level USD2.343,76 per troy ons, terkoreksi sejenak setelah naik di atas USD2,400 per troy ons ke level tertinggi sepanjang masa (all-time high/ATH). (ADF)