MARKET NEWS

Inflasi Inggris Mendingin Januari 2023, Pertanda Baik Di Tengah Hantaman Ekonomi?

Maulina Ulfa - Riset 15/02/2023 15:46 WIB

Inflasi Inggris mencatatkan penurunan selama tiga bulan berturut-turut ke level terendah sejak September tahun lalu.

Inflasi Inggris Mendingin Januari 2023, Pertanda Baik Di Tengah Hantaman Ekonomi? (foto: MNC Media)

IDXChannel - Tingkat inflasi tahunan Inggris mencatatkan penurunan menjadi 10,1% pada Januari 2023. Pada akhir 2022, inflasi Inggris berada di level 10,5% pada Desember lalu.

Penurunan inflasi ini di bawah perkiraan pasar sebesar 10,3%. Inflasi Inggris juga mencatatkan penurunan selama tiga bulan berturut-turut ke level terendah sejak September tahun lalu. (Lihat grafik di bawah ini)

Kontribusi penurunan inflasi terbesar berasal dari sektor transportasi sebesar 3,1% dibanding 6,5% bulan sebelumnya, terutama transportasi penumpang dan bahan bakar motor.

Sektor restoran dan hotel mencatatkan penurunan inflasi sebesar 10,8% dibanding 11,3% bulan sebelumnya. 

Harga-harga untuk makanan dan minuman non-alkohol turun melambat mencapai 16,7% dibandingkan 16,8% bulan sebelumnya.

Adapun peningkatan inflasi tercatat untuk perumahan dan utilitas sebesar 26,7% dibanding 26,6% bulan sebelumnya. Di sektor rekreasi dan budaya inflasi melonjak 5% dibanding 4,9% bulan sebelumnya.

Sementara biaya kesehatan juga naik 6,3% dibanding 5,1% pada Desember 2022. Adapun untuk minuman beralkohol dan tembakau mengalami inflasi 5,1%, naik dibanding bulan sebelumnya sebesar 3,7%. 

Secara bulanan, indeks harga konsumen (IHK) turun sebesar 0,6% dan menjadi penurunan pertama dalam setahun dan terbesar sejak Januari 2019. 

Penurunan inflasi terbesar terlihat pada bahan bakar yakni sebesar 3,8% dan transportasi udara sebesar 41,7%.

Ekonomi Inggris Masih Dibayangi Resesi

Mengutip The Guardian, Rabu (15/2), analis memiliki pendapat beragam terkait pembacaan inflasi Inggris sebesar 10,1%.

David Bharier, kepala penelitian Kamar Dagang Inggris, mengatakan tingkat tahunan 10,1% masih merupakan pergerakan yang sangat lambat dari puncak inflasi.

“Biaya listrik dan gas rumah tangga sejauh ini tetap menjadi pendorong terbesar inflasi, sementara biaya transportasi mengalami penurunan lebih lanjut. Inflasi harga produsen, bagaimanapun, tetap jauh lebih tinggi di level 14,1%. Puncaknya mungkin sudah mulai berlalu tetapi harga-harga menetap di level yang jauh lebih tinggi dari dua tahun lalu,”ujar David Bharier.

Simon French, kepala ekonom di Panmure Gordon, sebuah bank investasi, mengatakan laporan penurunan inflasi ini terbilang “menggembirakan”. Ia berpendapat, pendapatan riil yang disesuaikan dengan inflasi mungkin akan naik lebih cepat dari yang diperkirakan.

“Laporan inflasi Inggris yang menggembirakan. Padahal laporan di November dan Desember lalu membawa Inggris ke dalam risiko. Tekanan inflasi inti berkurang menjadi 5,8% yoy dari sebelumnya 6,3% mungkin merupakan titik data yang paling menyenangkan,” kata French.

Samuel Tombs, kepala ekonom Inggris di Pantheon Macroeconomics, sebuah lembaga konsultan, juga mengatakan Bank of England dapat mempertahankan suku bunga tetap di level 4% pada pertemuan komite kebijakan moneter (MPC) penetapan suku bunga berikutnya, Maret 2023, untuk memastikan hal ini tidak menghambat pertumbuhan hanya karena ekonomi sedang berjuang.

“Data bulan Januari bukanlah akhir. Data bulan Februari akan dipublikasikan pada tanggal 22 Maret, tepat pada hari pemungutan suara MPC dan satu hari sebelum keputusan suku bunga diumumkan. Tetapi data inflasi harus sangat memperkuat keyakinan inflasi kembali ke target 2% selama 18 bulan ke depan”ujar Tombs.

Berdasarkan pembacaan Financial Times, perekonomian Inggris sempat mengalami stagnasi pada kuartal terakhir 2022 dan nyaris menghindari resesi. Meskipun output ekonomi ikut menyusut lebih dari yang diharapkan pada Desember lalu.

Menurut Office for National Statistics (ONS), produk domestik bruto (PDB) Inggris juga mencatatkan tidak berubah antara kuartal ketiga dan keempat tahun lalu. Hal ini menyusul kontraksi dalam tiga bulan sebelumnya. 

Pada Q4 2022, ekonomi Inggris masih 0,8% di bawah level pada periode yang sama 2019 sebelum pandemi. Sebaliknya, ekonomi AS justru naik 5,1% selama periode yang sama dan output di zona euro tumbuh 2,4%. Inggris adalah satu-satunya ekonomi negara G7 yang tidak kembali bangkit setelah pandemi mulai berakhir.

Bank of England (BOE) memperkirakan ekonomi Inggris akan berkontraksi tahun ini hingga kuartal pertama tahun depan, karena harga energi yang tinggi dan biaya pinjaman yang lebih tinggi membebani pengeluaran. Output ekonomi juga diproyeksi tidak akan pulih ke tingkat sebelum pandemi hingga tahun 2026.

Thomas Pugh, ekonom lembaga konsultan RSM UK, mengatakan kombinasi inflasi dua digit, suku bunga yang lebih tinggi, dan dukungan fiskal yang lebih sedikit berarti pendapatan riil rumah tangga yang dapat dibelanjakan akan menyusut tajam pada paruh pertama tahun ini. 

“Resesi Inggris hanya tertunda, bukan batal,” katanya, mengutip Financial Times, Jumat (10/2/2023). (TSA)

SHARE