MARKET NEWS

Inflasi Tinggi, Pengamat: Sinyal Bahaya Bagi Perekonomian Indonesia

Heri Purnomo 01/07/2022 22:14 WIB

dengan inflasi tinggi, membuat masyarakat harus mengeluarkan baiaya lebih mahal untuk mencukupi kebutuhannya, dibandingkan saat inflasi masih melandai.

Inflasi Tinggi, Pengamat: Sinyal Bahaya Bagi Perekonomian Indonesia (foto: MNC Media)

IDXChannel - Nilai inflasi nasional yang mencapai 4,35 persen secara tahunan (year on year/yoy) dianggap sebagai sinyal bahaya bagi perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Hal itu lantaran dengan inflasi tinggi, membuat masyarakat harus mengeluarkan baiaya lebih mahal untuk mencukupi kebutuhannya, dibandingkan saat inflasi masih melandai.

"Ini sinyal bahaya, kan seharusnya on the track. Inflasi yang terjadi  saat ini membuat masyarakat harus  membayar lebih mahal untuk beberapa pengeluarannya," ujar Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, Jumat (1/7/2022). 

Jika inflasi ini terus bergerak meningkat, menurut Tauhid, maka akan mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang, dan yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi yang juga akan melambat. 

"Jelas, karena dengan kenaikan (inflasi) ini akan berdampak kepada daya beli masyarakat yang berkurang," tutur Tauhid.

Dijelaskannya, inflasi yang terjadi Indonesia saat ini dipengaruhi oleh harga-harga pangan yang naik serta adanya ekspektasi masyarakat terhadap potensi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Dengan ekspektasi tersebut, meski kenaikan belum benar-benar terjadi, namun di lapangan sudah mulai terjadi penyesuaian atau antisipasi harga. 

"Terutama para pelaku usaha yang harus melakukan penyesuaian harga lebih dulu, agar harga-harga produk bisa katakanlah tidak terlalu tinggi di kemudian hari kenaikannya," ungkap Tauhid.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 4,35 persen yoy pada Juni 2022. Kepala BPS, Margo Yuwono, menyebutkan bahwa inflasi tahunan yang berada di atas empat persen ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2017 lalu.

"Inflasi kita secara yoy pada Juni 4,35 persen ini tertinggi sejak Juni 2017, dimana pada saat itu inflasi 4,37 persen," ujar Margo, dalam keterangan resminya, Jumat (1/7/2022).

Menurut Margo, penyumbang kenaikan inflasi kali ini diantaranya kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,47 persen, atau terjadi inflasi 1,77 persen secara bulanan (month to month/mtm) serta Komoditas cabai merah sebesar 0,24 persen. (TSA)

SHARE