Inilah Sejarah dan Profil GGRM, Salah Satu Perusahaan Rokok Terbesar di Indonesia
Sejarah dan profil GGRM menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
IDXChannel - Sejarah dan profil GGRM menarik untuk dibahas. Bagaimana tidak perusahaan ini menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
GGRM yang dahulunya hanya menjual kretek, kini menjelma menjadi perusahaan rokon filter besar. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir mereka mulai mengalihkan strategi bisnisnya.
Lantas apa saja sejarah dan profil GGRM? Simak penjelasan yang dihimpun IDX Channel dari berbagai sumber tepercaya.
Sejarah dan Profil GGRM
PT Gudang Garam Tbk adalah sebuah produsen rokok yang berkantor pusat di Kediri. Untuk mendukung kegiatan bisnisnya, hingga akhir tahun 2022, perusahaan ini memiliki pabrik di Kediri, Gempol, Karanganyar, dan Sumenep, serta kantor perwakilan di Jakarta dan Sidoarjo.
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada tahun 1956 saat Tjoa Ing-Hwie atau Surya Wonowidjojo membeli lahan dengan luas sekitar 1.000 meter persegi milik Muradioso di Jl. Semampir II/l, Kediri.
Di atas lahan tersebut, Tjoa Ing-Hwie lalu mulai memproduksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merek Inghwie. Dua tahun kemudian, perusahaan ini mengganti nama perusahaannya menjadi Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam.
Awalnya, perusahaan ini hanya mempekerjakan 50 orang. Konon, nama "Gudang Garam" didapat oleh Tjoa Ing-Hwie dari mimpi.
Pada tahun 1966, perusahaan ini telah menjadi produsen sigaret kretek tangan (SKT) terbesar di Indonesia, dengan ribuan karyawan dan kapasitas produksi 50 juta batang SKT per bulan.
Krisis politik Indonesia yang terjadi di tahun iyu membuat perusahaan ini kehilangan banyak karyawan, tetapi perusahaan ini berhasil bangkit kembali dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Pada tahun 1969, badan hukum perusahaan ini diubah menjadi firma (Fa), dan pada tanggal 30 Juni 1971, badan hukum perusahaan ini kembali diubah menjadi perseroan terbatas (PT). Lalu mengekspor produknya pada 1973.
Mesin pembuat rokok yang datang di tahun 1979 berhasil menaikkan produksi perusahaan ini menjadi dua kali lipat, yakni dari 9 miliar batang/tahun menjadi 17 miliar batang/tahun.
Pada dekade 1980-an, perusahaan ini telah memiliki sejumlah pabrik dengan total luas mencapai 240 hektar dan dapat memproduksi rokok sebanyak 1 juta batang/hari. Omset perusahaan ini mencapai USD7 juta dan berhasil menguasai 38% pangsa pasar.
Dengan cukai yang disetor ke negara mencapai Rp1 miliar per tahun, perusahaan ini pun menjadi produsen kretek terbesar di Indonesia. Karyawan perusahaan pada saat itu mencapai 37.000 orang serta memiliki helikopter pribadi.
Sejak dekade 1970-an juga, dua orang putra dari Surya, yakni Rachman Halim dan Susilo Wonowidjojo, mulai aktif terlibat di perusahaan. Puncaknya ketika Surya Wonowidjojo meninggal pada tahun 1985.
Inilah Sejarah dan Profil GGRM, Salah Satu Perusahaan Rokok Terbesar di Indonesia. (FOTO : MNC MEDIA)
IPO Perdana
Pada tanggal 27 Agustus 1990, perusahaan ini resmi menjadi perusahaan publik, dengan melepas 57 juta saham di Bursa Efek Jakarta dan 96 juta saham di Bursa Efek Surabaya, dengan penawaran perdana pada harga Rp10.250/lembar.
Mayoritas saham perusahaan saat itu dimiliki oleh keluarga mendiang Surya Wonowidjojo, yakni istrinya, Tan Siok Tjien dan putranya, Rachman Halim.
Kini, mayoritas saham perusahaan ini masih dikuasai oleh keluarga Wonowidjojo melalui PT Suryaduta Investama.
Pada tahun 2021, perusahaan ini mendirikan tiga anak usaha baru, masing-masing untuk berbisnis di bidang impor, distribusi, dan produksi rokok elektrik. Tetapi tiga perusahaan tersebut belum mulai beroperasi.
Setahun setelahnya, perusahaan ini mendirikan PT Surya Kerta Agung untuk berekspansi ke bisnis pengelolaan jalan tol setelah menyuntikkan modal sebesar Rp1 triliun ke PT Surya Dhoho Investama yang akan mengelola Bandara Dhoho di Kediri.
Profil GGRM
Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Gudang Garam Tbk adalah PT Suryaduta Investama (69,29%) dan PT Suryamitra Kusuma (6,26%). PT Suryaduta Investama merupakan induk usaha dan induk usaha terakhir GGRM.
Penerima manfaat akhir dari kepemilikan saham PT Suryaduta Investama adalah Susilo Wonowidjojo, Juni Setiawati Wonowidjojo, Sigid Sumargo Wonowidjojo, Sumarto Wonowidjojo, PT Suryaduta Mandiri, Tan Siok Tjien (Almarhum) dan Ahli waris Rahman Halim.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GGRM bergerak di bidang industri rokok dan aktivitas lain yang terkait dengan industri rokok. Gudang Garam memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk jenis rendah tar dan nikotin (LTN) serta produk tradisional sigaret kretek tangan. Merek-merek rokok GGRM, antara lain: Klobot, Sriwedari, Djaja, Patra, Gudang Garam, Gudang Garam Merah, Gudang Garam Signature Mild, Surya, GG Move, Surya Pro Mild dan GG Mild.
Pada tanggal 17 Juli 1990, GGRM memperoleh izin Menteri Keuangan untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GGRM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 57.807.800 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp10.250,- per saham.
Itulah penjelasan sejarah dan profil GGRM. Semoga informasi ini berguna bagi Anda. (MYY)