MARKET NEWS

Investor Ingin Kinerja ESG Kredibel, Standar IFRS ISSB Jadi Masa Depan Laporan Keberlanjutan

Fiki Ariyanti 08/08/2024 18:12 WIB

IDX Channel bersama PwC Indonesia mengadakan diskusi panel bertajuk “IFRS S1 dan S2: Masa Depan Laporan Keberlanjutan. Siapkah Kita?” pada Selasa (6/8).

Investor Ingin Kinerja ESG Kredibel, Standar IFRS ISSB Jadi Masa Depan Laporan Keberlanjutan (foto idxchannel)

IDXChannel - Investor global semakin mendorong adanya keterhubungan yang jelas antara kinerja Environmental, Social, and Governance (ESG) dan laporan keuangan perusahaan di tengah semakin tingginya tuntutan terhadap transparansi dan akuntabilitas dalam laporan keberlanjutan. 

Saat ini, laporan keberlanjutan belum menunjukkan keselarasan, sehingga investor menilai bahwa kualitas dan kelengkapan data dalam laporan keberlanjutan belum berada di level yang dapat membantu mereka untuk mengambil keputusan investasi.

Untuk memenuhi kebutuhan investor tersebut, perubahan signifikan terhadap standar pelaporan global telah diluncurkan. Standar IFRS S1 dan S2, yang dikembangkan oleh International Sustainability Standards Board (ISSB) yang diluncurkan pada Juni 2023 dipandang sebagai game changer dalam praktik laporan keberlanjutan.

Standar ini tidak hanya menetapkan kerangka kerja yang lebih jelas dan terstruktur untuk pelaporan ESG, tetapi juga mendorong perusahaan di seluruh dunia untuk meningkatkan kualitas dan kredibilitas informasi yang mereka laporkan, serta mengedepankan informasi keberlanjutan yang terkoneksi dengan laporan keuangan perusahaan.

Menyikapi arus baru dari standar pelaporan keberlanjutan tersebut, IDX Channel bersama PwC Indonesia mengadakan diskusi panel bertajuk “IFRS S1 dan S2: Masa Depan Laporan Keberlanjutan. Siapkah Kita?” pada Selasa (6/8).

Dalam acara yang dihadiri peserta dari berbagai sektor industri seperti energi, pertambangan, keuangan, konstruksi, properti, manufaktur, serta minyak dan gas, hadir sebagai narasumber sejumlah pakar dan praktisi, yakni M. Ricky Zein, Senior Expert Keberlanjutan dari Bursa Efek Indonesia (BEI); Jarot Suroyo, Deputi Direktur Keuangan Berkelanjutan DSKT OJK; Yuliana Sudjonno, Sustainability Leader PwC Indonesia yang juga Anggota Dewan Standar Keberlanjutan Ikatan Akuntan Indonesia (DSK-IAI); dan Stella Septania, PwC Indonesia Senior Manager dan juga Board Member The Institute of Certified Sustainability Practitioners.

Mengawali diskusi, Deputi Direktur Keuangan Berkelanjutan DSKT OJK, Jarot Suroyo memberikan paparan mengenai roadmap OJK dalam memperkenalkan dan terus memperkuat praktik serta ekosistem regulasi laporan keberlanjutan hingga rencana adopsi standar baru IFRS ISSB S1 dan S2.

“Jika semua tahapannya sesuai jadwal, target kami di 2026 adopsi IFRS S1 dan S2 ini sudah berjalan di Indonesia dan instrumen regulasinya sudah siap. Ada baiknya perusahaan mulai bersiap-siap dengan memahami standar baru,” kata Jarot.

Sementara Senior Expert Keberlanjutan BEI, M. Ricky Zein menambahkan, pentingnya standar IFRS ISSB S1 dan S2 dalam konteks pasar modal di Indonesia.

"BEI melihat standar ini sebagai langkah maju yang signifikan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas laporan keberlanjutan perusahaan," katanya.

"Harapan investor terhadap laporan keberlanjutan adalah mendapatkan gambaran yang jelas tentang interkoneksi kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) terhadap keuangan perusahaan. Perlu digarisbawahi juga investor semakin menuntut laporan ESG yang kredibel," ujar Zein.

Partner & Sustainability Leader PwC Indonesia yang sekaligus anggota DSK-IAI, Yuliana Sudjonno memberikan pandangannya tentang persiapan Indonesia untuk mengadopsi standar baru pelaporan keberlanjutan tersebut.

"DSK-IAI bersama-sama pemangku kepentingan sedang membahas bagaimana IFRS S1 dan S2 akan diadopsi di Indonesia. Kami mendorong perusahaan untuk mulai memahami dan mempersiapkan sistem pelaporan, juga kompetensi tim internal perusahaan terhadap standar IFRS S1 dan S2,” kata Yuliana.

Menurutnya, standar IFRS S1 dan S2 akan menghadirkan optic baru sehingga akan ada connected information antara data ESG dengan data keuangan.

“Connected information antara keberlanjutan dan keuangan inilah yang amat dinanti-nanti oleh para investor dan pemilik modal, terutama untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan mereka," tutur Yuliana.

Yuliana juga menyoroti tantangan utama dalam proses adopsi standar baru tersebut nantinya.

"Salah satu yang perlu menjadi perhatian adalah IFRS S1 dan S2 ini akan mentransformasi bagaimana kinerja perusahaan dikelola. Jadi ini akan beyond reporting," ujarnya.

"Ini berarti akan menyentuh tata kelola, risk management, strategi perusahaan, perencanaan keuangan, manajemen data, hingga target setting harus diperhatikan integrasinya antara keberlanjutan dan keuangan, sehingga ESG benar-benar bisa terukur dengan baik dampaknya terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan,” kata Yuliana.

(Fiki Ariyanti)

SHARE