Investor Masih Mencermati Resesi Jepang dan Inggris hingga Tensi Politik Usai Pemilu
Investor masih mencermati tren resesi di beberapa negara, setelah perekonomian di Inggris dan Jepang mengalami resesi.
IDXChannel - Investor masih mencermati tren resesi di beberapa negara, setelah perekonomian di Inggris dan Jepang mengalami resesi.
Head of Research Strategy, Banks, Fixed Income Panin Sekuritas, Nico Laurens mengungkapkan, ekonomi Inggris terkontraksi 0,3% di kuartal IV-2023, yang berdampak terhadap resesi secara teknikal di negara tersebut, karena sebelumnya di kuartal III-2023, perekonomian direvisi turun, kontraksi 0,1%.
Selain itu, perekonomian di Jepang juga turun dan di bawah ekspektasi sebesar minus 0,4% secara annualized pada kuartal IV-2023 (ekspektasi: plus 1,4%). Selain itu, pertumbuhan ekonomi di Singapore juga hanya meningkat 2,2% YoY di kuartal IV-2023 (estimasi: +2,5% YoY) dan pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 juga direvisi turun ke 1% (sebelumnya: 2,8%).
"Patut dicermati juga, Prancis menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi ke 1% (sebelumnya: 1,4%) mengindikasikan prospek ekonomi yang masih lemah di 2024," ujar Nico dalam risetnya, Senin (19/2/2024).
Dari dalam negeri, dia menjelaskan, investor masih akan mencermati ketidakpastian tensi politik setelah Pemilu 2024. Pemilu telah selesai dilaksanakan pada 14 Februari 2024, di mana hasil quick count menunjukkan bahwa kandidat 02 unggul berdasarkan penghitungan dari beberapa lembaga.
Selain itu, sambungnya, tren ekspor yang masih lemah. Pada Januari 2024 tercatat masih terkontraksi 8,06% YoY (estimasi: -3,2% YoY; Des-23: -5,76% YoY). Sedangkan impor relatif flat tumbuh 0,36% (estimasi: +1,79%; Des-23: -3,8% YoY) yang membawa posisi surplus neraca perdagangan yang lebih rendah ke USD2,01 miliar (estimasi: USD2,8 miliar; Des-23: USD3,3 miliar).
"Masih lemahnya ekspor disebabkan lemahnya perekonomian di China, serta resesi di Jepang dan Inggris. Patut dicermati persepsi risiko turun, di mana CDS 5 tahun turun ke 70,7 (-4,5% WoW)," terang Nico.
Nico juga menuturkan terkait kabar terkini surat utang dalam negeri sebagai berikut:
- Penerbitan obligasi diperkirakan meningkat di 2024. Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan obligasi akan meningkat di 2024 ke Rp155,5 triliun di 2024 (2023: Rp130,8 triliun).
Sektor yang diperkirakan akan melakukan penerbitan obligasi paling besar adalah multifinance, perbankan dan telekomunikasi. Saat ini Pefindo telah mendapatkan pemeringkatan surat utang korporasi sebesar Rp42,3 trililiun hingga 31 Januari 2024.
- PT Wijaya Karya (Perser) Tbk (WIKA) mendapatkan persetujuan untuk memperpanjang tanggal pelunasan pokok utang obligasi dan sukuk. Sekretaris perusahaan WIKA, Mahendra Vijaya menyatakan, pemegang obligasi dan sukuk menyepakati perpanjangan tanggal pelunasan pokok penawaran umum berkelanjutan (PUB) I tahap II tahun 2021 dan Sukuk Mudharabah PUB I tahap II tahun 2021 untuk seri A.
Hal ini berdasarkan Rapat Umum Pemegang Obligasi (RUPO) dan Rapat Umum Pemegang Sukuk (RUPSU) di 16 Februari 2024.
PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) kembali menerbitkan obligasi yaitu obligasi berkelanjutan IV Chandra Asri Pacific tahap IV tahun 2024 dengan nilai Rp1,5 triliun, yang akan terbagi menjadi 3 seri.
Yaitu Seri A dengan pokok Rp542 miliar dan 3 tenor 3 tahun dengan tingkat bunga 7,95%, kemudian Seri B dengan nilai Rp417 miliar dan tenor 5 tahun dengan tingkat bunga 8,25% serta obligasi seri C sebesar Rp541 miliar dan tenor 7 tahun dengan tingkat bunga 8,75% per tahun.
Dana penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk modal kerja. TPIA memperoleh pemeringkatan atas surat utang jangka panjang obligasi idAA- dari Pefindo.
- ORI025 telah laku sebesar Rp8,1 triliun. Sehingga kuota penerbitan masih tersisa Rp16,9 triliun untuk 2 tenor, yaitu tenor 3 tahun dan tenor 6 tahun.
Sebagai informasi untuk tenor 3 tahun memiliki bunga 6,25% dan untuk tenor 6 tahun sebesar 6,4%, di mana kupon ini dapat diperdagangkan dan bersifat fixed.
(FAY)