MARKET NEWS

Investor Tak Berani Tahan Lama Saham Buat Kinerja IHSG Loyo di 6.112

Dinar Fitra Maghiszha 07/09/2021 16:37 WIB

Langkah agresif yang dilakukan para investor telah memberikan pukulan berat bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Investor Tak Berani Tahan Lama Saham Buat Kinerja IHSG Loyo di 6.112. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Langkah agresif yang dilakukan para investor telah memberikan pukulan berat bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hasilnya, indeks jatuh ke zona merah dengan koreksi sebanyak 14,5 poin (0,24%) di level 6.112,4 pada perdagangan Selasa (7/9/2021).

Valuasi sepekan hingga sebulan menunjukkan indeks masih terpuruk berturut-turut (-0,62%) dan (-1,47%), meskipun secara year to date masih bertengger positif (2,23%). Dibuka menguat di level 6.135,8, indeks langsung tancap gas menuju titik tertingginya di 6.145,4.

Namun, beberapa menit setelah perdagangan dibuka, laju penguatan tak dapat diteruskan, sehingga membuat anjlok hingga akhir sesi dan sempat menyentuh titik terendah di 6.100,9.

CEO & Founder ARA Hunter Hendra Martono mengungkapkan ada perubahan pola strategi investor dalam perdagangan di bursa yang lebih ke arah fast-trading.

"Saya lihat sekarang banyak investor jauh lebih agresif, kalau dulu lebih berani buy and hold lebih lama, sekarang yang terjadi cepat mereka keluarnya," terang Hendra dalam 2nd Session Closing, Selasa (7/9/2021).

Terkait dengan volume transaksi, Hendra juga menyoroti ada perubahan perilaku investor.

"Kalau saya lihat ada perubahan pola, terutama sejak 2021 ini sudah mulai terjadi pergerakan di mana dulu rencana untuk investasi full kini malah tidak berani," tuturnya.

Menurutnya ada kekhawatiran di tengah investor terhadap IHSG mengingat valuasi dari tahun 2018, indeks terpantau minus (-0,70%), 2019 (-2,52%), 2020 (-7,03%),

"Dari berbagai waktu yang lalu kita sempat khawatir indeks bisa lebih parah dari 2020," terang Hendra. Sehingga membuat investor melakukan trading dengan cepat dan tak jarang melirik saham-saham lapis dua dan tiga.

"Saya lihat di beberapa saham-saham yang lama itu agak kurang bagus, kalau saya lihat investor ada arahnya ke lapis 2 dan lapis 3, mengingat ritel juga banyak yang masuk," ucapnya.

Kepada investor, Hendra secara realistis menyarankan untuk mencermati saham-saham dengar market-cap Rp1-10 triliun.

"Tergantung dari beberapa strategi. Kalau memang bigcaps tidak menunjukkan tren yang bagus, maka bisa pindah ke saham-saham yang punya market cap Rp1-10 triliun," tegas Hendra menyikapi kinerja saham-saham bluchips yang katanya cepat terkena aksi jual.

Kendati demikian, Hendra turut merekomendasikan emiten-emiten bigcaps, tetapi dengan fundamental yang bagus.

"Apabila saham-saham bigcaps saya melihat fundamental perusahannya dulu, Kalau bagus, saya masuk, kalau masih mahal, saya tidak bisa paksakan." tukasnya.

Untuk diketahui, sejumlah indeks lain juga terpantau bergerak turun seperti: MNC36 (-0,14%) di 294,2, JII (-1,05%) di 539,3, LQ45 (-0,36%) di 871,3.

Beralih ke indeks sektoral terpantau variatif yakni: properti (0,71%), konsumsi primer (0,28%), teknologi (-2,35%), dan barang baku (-1,82%).

Indeks di kawasan Asia: N225 (0,86%) di 29.916, STI (0,16%) di 3.105, KOSPI (-0,50%) di 3.187, dan HSI (0,96%) di 26.415.

Pada penutupan hari ini terdapat 247 emiten yang melemah, 252 menguat, dan 149 stagnan. Adapun transaksi mencapai Rp9,7 triliun dari 22,1 miliar lembar saham yang diperdagangkan.

Sementara investor asing terpantau melakukan pembelian bersih sebanyak Rp262,78 miliar di pasar reguler, dan aksi jual Rp75,17 miliar di pasar negosiasi tunai. Sehingga akumulasi asing adalah net-buy mencapai Rp187,61 miliar. (TYO)

SHARE