MARKET NEWS

Ironi Kemiskinan di Tanah Sawit Sumatera dan Pusat Ekonomi Jawa

Maulina Ulfa - Riset 17/07/2023 17:36 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan pada Maret 2023.

Ironi Kemiskinan di Tanah Sawit Sumatera dan Pusat Ekonomi Jawa. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan pada Maret 2023. Persentase penduduk miskin sebesar 9,36 persen atau mencapai 25,9 juta orang.

Jumlah ini turun 460 ribu  jiwa jika dibandingkan September 2022 dan turun 260 ribu jika dibandingkan Maret 2022. 

Dari jumlah tersebut, penduduk miskin masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Sumatera. Adapun persentase masing-masing mencapai 52,59 persen dan 21,89 persen.

Total penduduk miskin di Pulau Jawa dan Sumatera mencapai 13,62 juta dan 5,67 juta.

Jumlah ini menjadi ironi tatkala pulau Sumatera merupakan salah satu penghasil komoditas sawit terbesar.

Pada 2022 Indonesia memiliki perkebunan kelapa sawit seluas 14,9 juta hektare (ha). Perkebunan kelapa sawit terbesar berada di Provinsi Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Kalimantan Timur.

Luas ini mampu memproduksi kelapa sawit yang berasal dari perkebunan besar sebanyak 30,06 juta ton. Sementara, 15,52 juta ton kelapa sawit berasal dari perkebunan rakyat pada 2022.

Adapun Riau menjadi provinsi yang paling banyak memproduksi kelapa sawit mencapai 8,97 juta ton pada tahun lalu.

Kalimantan Tengah menyusul di urutan kedua dengan produksi sebanyak 7,04 juta ton. Diikuti Sumatera Utara di urutan ke tiga dengan memproduksi kelapa sawit sebanyak 5,99 juta ton pada 2022.

Sementara pulau Jawa selama ini menjadi pusat perekonomian RI. Namun, ironis masih terdapat penduduk miskin di dalamnya.

Jika merujuk pada data BPS per September 2022, di Pulau Jawa, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi termiskin dengan tingkat kemiskinan tertinggi.

Persentase penduduk miskin DIY sebanyak 11,49 persen atau sebanyak 463.630 penduduk. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan periode Maret 2022 sebesar 457.760 orang.

Sementara Jawa Tengah menjadi provinsi termiskin kedua di Jawa, dengan persentase 10,98 persen dan memiliki 3.858.230 penduduk miskin.

Adapun BPS juga mencatat garis kemiskinan mengalami kenaikan pada Maret 2023 sebesar 2,78 persen menjadi Rp 550.458 per kapita per bulan. (Lihat grafik di bawah ini.)

Garis kemiskinan ini yang menjadi dasar penentuan penduduk miskin di Indonesia.

Namun, garis kemiskinan terjadi kenaikan sebesar 8,90 persen dibandingkan Maret 2022.

Garis Kemiskinan menggambarkan nilai pengeluaran minimum kebutuhan makanan dan bukan makanan yang harus dipenuhi.

Per Maret 2023, komoditas makanan memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 19,35 persen di perkotaan dan 23,73 persen di perdesaan.

Tak hanya itu, rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap garis kemiskinan sebesar 12,14 persen di perkotaan dan 11,34 persen di perdesaan.

Komoditas makanan penyumbang garis kemiskinan selanjutnya adalah daging ayam ras sebesar 4,53 persen di perkotaan dan 2,93 persen di perdesaan.

Ada juga telur ayam ras yang menyumbang 4,22 persen di perkotaan dan 3,34 persen di perdesaan.

Dari total garis kemiskinan nasional, Garis Kemiskinan Makanan menyumbang komposisi sebesar Rp408.522 per kapita per bulan atau 74,21 persen. Ada pula Garis Kemiskinan Bukan Makanan yang menyumbang sebesar Rp 141.936 per kapita per bulan atau 25,79 persen. (ADF)

SHARE