MARKET NEWS

Israel Bombardir Rafah Picu Kenaikan Harga Minyak 2 Persen

Maulina Ulfa 29/05/2024 09:43 WIB

Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent ditutup menguat pada perdagangan Selasa (28/5/2024).

Israel Bombardir Rafah Picu Kenaikan Harga Minyak 2 Persen. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent ditutup menguat pada perdagangan Selasa (28/5/2024), seiring laporan serangan mematikan Israel ke kota Rafah, di jalur Gaza.

Harga minyak WTI ditutup menguat 2,01 persen di level USD80,23 per barel dan harga minyak Brent menguat 1,47 persen di level USD84,32 per barel.

Pada sesi Senin (27/5), harga minyak WTI juga ditutup menguat 1,04 persen di level USD78,65 per barel dan harga minyak Brent menguat 0,85 persen di level USD82,82 per barel.

Pada Rabu (29/5), harga minyak dibuka turun di mana WTI tergelincir tipis 0,07 persen di level USD80,17 dan Brent turun 0,14 persen di level USD84,2 per barel pada pukul 08.46 WIB.

Memanasnya gejolak geopolitik di Timur Tengah juga menjadi faktor yang mendorong penguatan harga minyak mentah.

Sejak awal pekan, Israel membombardir kota Rafah, dan meningkatkan ketegangan di kawasan kaya minyak tersebut.

Harga minyak terus memperpanjang kenaikan baru-baru ini di tengah harapan bahwa permintaan akan meningkat seiring dengan proyeksi peningkatan permintaan di Amerika Serikat (AS) karena dimulainya musim panas dan liburan.

Pasar minyak optimis terutama terdorong oleh meningkatnya optimisme selama musim panas di AS, yang biasanya menandai peningkatan permintaan setidaknya selama dua bulan di negara konsumen bahan bakar terbesar di dunia tersebut.

Data persediaan yang akan datang diperkirakan akan memperkuat gagasan ini, dengan para analis memperkirakan penurunan persediaan secara keseluruhan sebesar 2 juta barel.

Namun, optimisme terhadap AS tertahan oleh peringatan sikap hawkish bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed). Pasar berspekulasi bahwa suku bunga berpotensi tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama, di tengah inflasi yang tinggi.

Hal ini mendorong dolar naik dan membatasi kenaikan besar harga minyak mentah.

Fokus minggu ini adalah pada data utama indeks harga PCE AS, yang merupakan ukuran inflasi pilihan The Fed. Sejumlah pejabat The Fed juga akan memberikan pidatonya, sementara revisi data produk domestik bruto kuartal pertama juga akan menjadi fokus pasar.

Para investor juga bertaruh bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan mempertahankan pengurangan produksi selama pertemuan akhir pekan ini.

Pasar minyak kini juga mengantisipasi hasil pertemuan OPEC+ yang akan berlangsung secara online pada 2 Juni mendatang.

Kartel tersebut diperkirakan akan mempertahankan laju pengurangan produksinya saat ini, sebesar 2,2 juta barel per hari, melewati batas waktu akhir Juni, sehingga menandakan pasar minyak yang lebih ketat dalam beberapa bulan mendatang.

OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, telah memangkas produksi selama dua tahun terakhir untuk mendukung harga minyak. Namun hal ini hanya memberikan dampak terbatas pada minyak mentah. (ADF)

SHARE