Jatuh Bangun IHSG Sepanjang 2023 di Tengah Gejolak Dunia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan positif sepanjang 2023.
IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pertumbuhan positif sepanjang 2023. Selama setahun penuh, indeks komposit naik 6,16% secara year-to-date (YtD) per hari terakhir perdagangan pada 29 Desember 2023.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengatakan kinerja indeks merupakan cerminan dari bertumbuhnya minat investasi masyarakat Indonesia.
"Pencapaian positif turut tercermin dari meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia," kata Iman dalam Konferensi Pers, Jumat (29/12/2023).
Adapun level tertinggi indeks komposit berada di 7.313,34 yang dicapai pada hari terakhir perdagangan. Sedangkan level terendah menyentuh 6.542,79 yang dialami pada 16 Maret 2023, di mana saat itu indeks mengalami tekanan mencapai 1,29%.
Lima saham penggerak indeks sepanjang 2023, yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Sedangkan lima saham pemberat indeks selama 2023, yakni PT Berkah Beton Sadaya Tbk (BEBS), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), PT Bayan Resources Tbk (BYAN), PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
Volatilitas indeks terjadi seiring dengan sejumlah sentimen penggerak baik domestik hingga mancanegara.
Pada Januari 2023, Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve mengumumkan kenaikan suku bunga Fed Rate sehingga berdampak terhadap instrumen ekuitas di regional. Sementara Bank Indonesia masih menahan suku bunga pada Februari 2023.
Pasar sempat diramaikan oleh kasus Sillicon Valley Bank pada Maret 2023 membuat indeks terbebani hingga menyentuh area 6.800-an. Posisi ini sempat terdongkrak berkat rilis kinerja keuangan tahunan dan sejumlah dividen hingga April 2023.
Menjelang Mei hingga Juni 2023, komoditas energi terutama batu bara mengalami kontraksi akibat kondisi makro global.
Indeks sempat terapresiasi berkat penurunan inflasi Amerika Serikat pada Juli sampai September. Sayangnya, krisis geopolitik Timur Tengah pada Oktober 2023 membuat indeks mendekam di 6.800.
Memasuki akhir tahun, tepatnya pada November hingga Desember, The Fed memberi sinyal penurunan suku bunga Fed Rate mulai tahun depan. Ini membawa angin segar bagi market, sehingga indeks mampu cemerlang menutup 2023.
(FAY)