Jelang Data Inflasi AS, Harga Minyak Sempat Terkerek saat Dolar Tumbang
Harga minyak menguat pada perdagangan Asia Rabu (12/7/2023).
IDXChannel - Harga minyak menguat pada perdagangan Asia Rabu (12/7/2023). Minyak mentah jenis Brent mendekati level bullish karena dolar merosot menjelang data inflasi utama Amerika Serikat (AS).
Minyak berjangka Brent sempat naik 0,4 persen menjadi USD79,62 per barel dan menjadi level terkuatnya sejak awal Mei. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) juga sempat naik 0,3 persen menjadi USD75,03 per barel pada pukul 8:30 WIB. Kedua kontrak naik lebih dari 2 persen pada perdagangan Selasa dan menetap di puncak 10 minggu.
Brent hampir menembus harga support di atas USD80 per barel, yang menurut para analis dapat mengirim lebih banyak sinyal bullish ke pasar minyak mentah.
Harga minyak mentah terpantau melonjak sejak Selasa (11/7/2023), mengikuti pelemahan dolar, yang merosot ke level terendah dua bulan karena kekhawatiran The Federal Reserve (The Fed) terkait kebijakan suku bunga puncak dalam siklus saat ini.
Pengetatan pasokan minyak karena pengurangan produksi dari Arab Saudi dan Rusia mulai berlaku juga menjadi pendukung harga minyak.
Sementara data inflasi AS masih dalam fokus di tengah spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Dampaknya, antisipasi data inflasi indeks harga konsumen (IHK) utama AS memicu penurunan reli minyak baru-baru ini.
Hingga pukul 13.45 WIB, harga brent masih berada pada kisaran USD79,29 per barel dan WTI di level USD74,74 per barel, atau masing-masing turun 0,14 persen dan 0,12 persen.
Indeks greenback terus memperpanjang kejatuhannya di pasar Asia, turun 0,26 persen di level 101,135 pada 13.57 WIB. (Lihat grafik di bawah ini.)
Pembacaan IHK AS hari ini diperkirakan akan menunjukkan inflasi utama yang lebih rendah, sementara inflasi IHK inti diperkirakan akan tetap tak berubah banyak.
Inflasi inti yang sulit diturunkan ini diperkirakan akan lebih banyak mendorong kenaikan suku bunga dari The Fed.
Bank sentral diperkirakan akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli. Banyak pejabat juga memperingatkan bahwa akan ada lebih banyak kenaikan.
Tetapi beberapa pejabat The Fed juga mengatakan bahwa bank sentral ini hampir menyelesaikan siklus kenaikan suku bunga, yang memicu reli aset berisiko minggu ini namun melemahkan posisi dolar.
Sementara, pasar juga tengah mencermati langkah-langkah stimulus China dan potensi peningkatan tangki cadangan minyak AS.
Data dari American Petroleum Institute (API) juga menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS secara tak terduga tumbuh lebih dari 2 juta barel dalam seminggu hingga 7 Juli lalu.
Lain kondisi di Asia, pasar minyak juga menunggu sinyal tentang langkah-langkah stimulus lebih lanjut pemerintah China. Negara Tirai Bambu ini masih bergulat dengan pemulihan ekonomi nasional yang melambat.
Kanal media yang berafiliasi dengan Partai Komunis China, China Securities Journal melaporkan pada Rabu bahwa Beijing kemungkinan akan meningkatkan pengeluaran stimulus untuk mendukung perekonomian, menyusul serangkaian pembacaan ekonomi yang lemah di negara tersebut.
Langkah-langkah stimulus China yang meningkat diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di negara tersebut.
Stimulus ini diharapkan dapat membantu mendorong permintaan minyak lebih tinggi karena konsumsi bahan bakar dalam negeri meningkat. (ADF)